Posts

Showing posts from 2016

Halo 2017!

Menutup tahun 2016 dan memulai tahun 2017 menjadi sorotan utama di hari ini. Tepat 366 hari akan dilewati di tahun 2016. Tadinya gue berpikir tahun 2016 akan menjadi tahun yang berat. Nyatanya tidak. Tahun ini sebenarnya gue gak mengharapkan apa-apa selain lulus kuliah. I couldn't ask God for more, karena buat gue bisa lulus tepat 8 semester hampir mustahil mengingat progres gue yang sangat lambat waktu itu. Pada akhirnya Tuhan memampukan gue melampaui sidang sampai akhirnya menambahkan gelar sarjana teknik di belakang nama gue. Plus ditambah bonus seorang pendamping wisuda yang sekarang jadi pacar gue. Selain itu masih banyak deretan berkat Tuhan yang luar biasa. Gue bisa jadi pemimpin RK di bulan Februari. Oh iya, di masa skripsi gue juga masih bisa melayani sebagai PPA di PMKJ. Bersama Yosia, Sam, Yoan, Kohen, dan Josua, kami juga mengerjakan pelayanan di timreg PH. Gue juga diberikan anugerah untuk melayani maba 2016 di Panpenmaru POUI. Tahun 2016 juga memberi gue kesempa...

Rumah Dua Setengah Bulan

Gue mengawali cerita ini dengan tidak membuat alasan mengapa sudah lama tidak menulis. Tidak ada alasan khusus sebenarnya. Hari ini ketika gue menulis lagi, idenya sebenarnya sudah muncul sejak satu bulan lalu. Gue hanya baru menuliskannya sekarang. Cerita ini berawal ketika gue selesai wisuda. Salah satu ketakutan terbesar gue saat itu adalah: gak dapet pekerjaan. Jadilah saat itu gue berdoa supaya gue cepat mendapat pekerjaan yang sesuai dengan panggilan hidup. Walaupun gue juga belum tau sih panggilan hidup gue apaan. Tiba-tiba hari itu gue mendapat whatsapp dari seorang teman lama. Entah apa yang kita perbincangkan awalnya, tiba-tiba gue ditawarin untuk kerja di Rumah Lembang. FYI, di bulan Agustus, ga banyak yang tau apa itu Rumah Lembang. Gue pun gak tau. Gue pikir Rumah Lembang itu adanya di Lembang, sejenis tempat wisata. Ternyata, eh ternyata, Rumah Lembang itu rumah pemenangannya Ahok. Mau jadi apa gue? Ngerti politik aja kaga.  Hal pertama yang gue pikirkan: apa ...

Terlalu Manis

Perjalanan kehidupan beriman memang nggak pernah mulus-mulus aja. Kadang naik, kadang turun. Baru-baru ini gue merasakan lagi kecewa terhadap apa yang gue alami. Kecewanya gak lama sih, cuma satu hari. Tuhan memang masih terlalu baik memanggil gue kembali merasakan kasihNya. Kasih yang terlalu manis, sampai gue terharu sendiri. Cerita ini diawali dengan gue yang ikut pendaftaran calon pegawai KPK. Iya, gue daftar KPK. Gue lolos seleksi administrasi dan melanjutkan ke tahap berikutnya, tes online. Gue sangat-sangat panik kalo ngikutin tes online. Bukan apa-apa, Gue banyak pengalaman error ketika ikut tes-tes model gini. Jadilah gue bolak-balik baca petunjuk tes online ini dan memastikan semuanya telah gue kerjakan dengan baik. Oh iya, gue nulis ini bukan untuk menjelekkan satu pihak ya! Nah, tibalah hari gue tes online. Setelah login ternyata gue gak bisa tes karena cookies gue ga aktif. Padahal udah gue pastikan itu cookies udah aktif. Panik lah gue. Apalagi tes online nya cuma b...

Singleness

Gue baru saja menonton sebuah film berjudul How To Be Single. Gue gak terlalu suka film ini sebenernya. Lebih ke alasan selera pribadi, sih. Gue suka film sci-fi, action, atau kartun. Untuk film drama, gue hanya nonton kalo stok genre film favorit gue udah abis. Film ini bercerita tentang keseharian empat wanita dengan cara mereka menghadapi masa-masa lajang mereka. Dari segi cerita, menurut gue gak ada yang spesial (lagi-lagi ini pendapat pribadi). Sampai pada akhirnya tiba di penghujung film, ada pesan yang gue tangkap secara berbeda. Inti pesan yang gue tangkap, "Kita gak akan bisa dengan utuh menikmati relasi dengan pasangan, kalau kita belum dengan utuh menikmati masa penantian (single)". Gue teringat pernah suatu kali di Persekutuan Jumat bertema LSD, pembicaranya berkata "any season of singleness is a season of happiness.". Kurang lebih inilah yang gue tangkap dari film ini (instead of pesan lain di film ini yang sangat tidak kristiani). Gue telah menga...

He Answers, He Satisfies

Hal apa yang membuatmu bersukacita?  Pertanyaan itu terus-menerus gue pertanyakan dalam benak gue. Bukannya gue tidak mengetahuinya, gue mengulang-ulang pertanyaan ini untuk semakin menguji diri sendiri. Sudahkah gue bersukacita atas hal yang benar? Sudahkah gue bersukacita karena Allah? Hari ini pertanyaan itu kembali menggema, diawali dari saat teduh pagi ini. Gue menggunakan bahan Our Daily Bread (Santapan Rohani atau WarungSateKamu dalam Bahasa Indonesia). Hari ini judulnya True Riches. Oh, menarik, pikir gue saat membaca judulnya. Memang benar, saat dibaca sungguh-sungguh menarik. Bahan bacaan Firman diambil dari Lukas 12:22-24. Gue udah membaca bagian Firman yang ini beberapa kali sebenarnya. Tetapi hari ini Allah kembali meneguhkan lewat Firman yang sudah sering gue baca.  Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. (Lukas 12:29) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu ...

Dia dan dia

Tulisan kali ini agak panjang dan bermuatan curhatan pribadi. Sebenarnya hanya ingin berbagi pengalaman, bukan maunya pamer. Kisah ini adalah tentang Allah yang menuliskan kisah indah yang tidak terduga dalam kehidupan gue. Kisah cinta yang klise, bahkan gak spesial menurut orang-orang. Tapi menurut gue, ini kisah yang ajaib. Detail kejadian di dalamnya sama sekali gak gue sangka-sangka. Kisah ini dimulai dengan sesuatu yang menurut anggapan manusia adalah ketidaksengajaan. -- Februari 2016 Bulan Februari 2016, tepatnya tanggal 11-14 Februari, gue ikut sebuah retret yang namanya agak-agak berat. Retret Koordinator. Retret apa pula ini? Sekedar informasi, ini retret buat Tim Inti Persekutuan Mahasiswa Kristen--or whatsoever kalian nyebutnya apa-- yang diadakan oleh Perkantas. Oke, informasi tambahannya cukup dulu ya. Disini gue sebagai peserta (penilik) sekaligus pemimpin kelompok PA.  Di momen-momen retret seperti ini, seringkali ada ekspektasi-ekspektasi momen perjum...

Tidak Terulang [Eps. 3: Panggilan]

Ekspektasi memang seringkali tidak sesuai dengan realita. Entahkah lebih indah atau lebih buruk, tergantung dari cara kita melewati setiap prosesnya. Sepanjang mempersiapkan diri mengikuti KNM, gue berekspektasi bahwa Tuhan akan menyatakan rencanaNya secara jelas, gamblang, nyata. Malah mungkin melalui cara yang dahsyat seperti mimpi, penglihatan, atau semacamnya. Nyatanya tidak. Episode ini mengisahkan bagaimana Tuhan memberikan realita yang jauh lebih indah melampaui ekspektasi. Sebelum KNM Gue cukup buta arah akan kehidupan pasca kampus. Sebagai anak teknik, sebenarnya gue tidak terlalu berminat bekerja di bidang perekayasa elektro. Tapi kalau disuruh pindah haluan ke nonteknik, gue gak punya basic ilmu apapun. Terlebih, sayang juga ilmu yang sudah gue pelajari selama ini. Gue sadar bahwa kontribusi di bidang apapun pastinya akan tetap untuk mengerjakan misiNya di dunia. Secara jelas di bidang apa? Gue gak ada ide. Gue punya beberapa rencana baik di bidang teknik maupun nontek...

Tidak Terulang [Eps. 2: 78 Buol]

Gue selalu merasa gentar setiap kali akan memimpin PA. Walaupun udah dua tahun jadi PKK dan cukup sering memimpin PA (bukan bermaksud sombong), gue selalu grogi tiap akan memimpin. Dengan kekhawatiran yang sangat besar ini, gue tetap bersyukur. Kegentaran membuat gue tidak lebih mengandalkan diri sendiri. Sejauh ini, walaupun perasaan gentar ini (kadang) merepotkan, gue tetap menikmatinya. Pengalaman dengan perasaan gentar ini menemui kisah barunya di KNM 2016. Entah ada angin apa, tiba-tiba panitia lokal KNM menawarkan pelayanan menjadi PPA. Gue bingung awalnya --bahkan sampai sekarang juga bingung-- kenapa peserta bisa menjadi PPA. Apalagi peserta remah-remah astor kayak gue ini. PA aja masih sering ga lengkap dan dangkal, ngapain juga jadi PPA. Dalam anugerah Allah, setelah mendoakan pelayanan ini gue bersedia menjadi PPA. Dalam pemikiran gue nanti bakalan ada briefing dan membahas bahan bersama. Namun itu hanya menjadi angan saja, pemirsa. Setelah gue bertanya pada panitia loka...

Tidak Terulang

Seharusnya tulisan ini muncul dua minggu yang lalu, tepat ketika gue selesai mengikuti acara tersebut. Seharusnya gue tidak semalas itu menuliskannya kembali. Tetapi menuliskannya ini setelah dua minggu berlalu membuat gue mengingat-ingat kembali setiap momennya. Setiap kenangan indah yang tidak akan terulang lagi. Setiap kesempatan dimana gue bisa mengagumi karya Allah sekaligus tertampar dengan setiap teguran yang dilayangkan. Tulisan ini adalah pembuka rangkaian beberapa tulisan ke belakang yang akan membahas momen yang sama. Momen itu bernama Kamp Nasional Mahasiswa 2016. Ijinkan gue untuk mundur 4 tahun yang lalu saat gue mendengar KNM ini untuk pertama kalinya. Kakak gue saat itu mengikuti Kamp Pengutusan Mahasiswa (KPM), "saudara dekatnya" KNM. Gue iseng nanya, KPM itu apa sih. Jawaban singkat yang gue dapatkan adalah, KPM semacam retret pengutusan untuk mahasiswa tingkat akhir menghadapi dunia alumni. Lalu dia melanjutkan, "Ada juga KNM, itu semacam KPM, Dek. T...

Perfect(?)

Sebagai penyuka lagu-lagu sekuler yang mainstream , gue cukup menyukai One Direction. Iya. Gue Directioners. Bukan fans garis keras yang nangis-nangis waktu Zayn Malik keluar sih, tapi cukup suka sampai gue hapal sebagian besar lagu mereka. Sebenarnya tulisan kali ini juga bukan tentang One Direction, sih. Tulisan ini bercerita tentang perenungan gue ketika di Commuter Line sambil mendengarkan radio. Pagi ini, Prambors memutarkan lagu Perfect-nya One Direction. "Wah, favorit gue nih!", kata gue dalam hati. Sekali lagi sebagai penikmat lagu sekuler, gue gak terlalu perhatikan liriknya. For the first time in forever , gue memperhatikan liriknya: But if you like causing trouble up in hotel rooms And if you like having secret little rendezvous If you like to do the things you know that we shouldn’t do Then baby, I'm perfect Baby, I'm perfect for you And if you like midnight driving with the windows down And if you like going places we can’t even pronounce If you like ...

Dear Myself...

Here's some notes to myself (since i am too forgetful to remember everything, and i have to put it on my blog!) 😅 I'll write it in bahasa and english. So pardon my writing ehehe Write your idea as soon as it comes. Sering banget gue lupa sama ide yang tiba-tiba muncul hanya karena gue terlalu malas menulisnya. Bahkan sudah ditulis pun seringkali malah berakhir dengan tumpukan tulisan berantakan. Do not procrastinate. Oh please, gue masih belum sembuh dari penyakit ini. Tidak produktif, tidak berprogres, dan tidak mencapai apapun pada akhirnya. Seringkali hidup gue berakhir dengan ketiga hal ini.  No wacana! Please, jadikan janji-janji dan rencanamu itu bukan hanya sekadar wacana.

Mempermasalahkan Kontroversi

Jangan pernah remehkan kekuatan media. Belum lama ini kita dihebohkan dengan kejadian razia sebuah warteg di Serang. Kejadian ini mengundang banyak reaksi dari pra netizen. Mulai dari yang merasa kasihan terhadap Saeni, sang pemilik warteg, hingga yang menghujatnya karena tetap membuka warung di bulan puasa. Saeni memang telah mendapat himbauan dari Pemda untuk tidak membuka warungnya di siang hari. Namun ternyata ia hanyalah wanita sederhana yang tidak bisa membaca. Reaksi netizen pun sama beragamnya. Ada yang menyesalkan mengapa tidak ada yang mengingatkan Saeni, ada pula yang menyalahkan Pemda karena Perda yang dinilai tidak berpihak untuk warganya yang tidak berpuasa. Di balik berbagai alasan dari kedua belah pihak, Saeni maupun Pemda, dan juga ditambah dengan komentar netizen, ada suatu masalah yang lebih esensial yang masih belum bisa kita atasi. Masyarakat di tengah arus komunikasi yang deras karena mudahnya akses internet, cenderung mudah menghakimi salah satu pihak tanpa ...

JAMAL: Jalan Malam

Alkisah, dulu ketika masih menjabat jadi Pengurus Harian POUI tahun 2014 dan 2015, ada satu 'ritual' yang sering kami lakukan ketika pulang kemalaman dan tidak ada kendaraan yang bisa kami tumpangi. Adapun kami disini berarti gue, Yoan, Samuel, dan Hendri sebagai personel geng Kutek. Juga seringkali ditambah personel-personel Kutek yang lain. Kutek adalah daerah kosan kami, letaknya di seberang Fakultas Teknik. Buat kalian yang mengenal daerah UI, diatas jam 9 malam udah ga ada lagi bikun (bis kuning--bis kampus keliling), yang siap mengantar warganya. Which means , sehabis rapat atau kegiatan apapun di malam hari, kita harus mencari alternatif transportasi untuk kembali ke kosan. Biasanya kalo lagi beruntung, kita sering nebeng PH yang bawa mobil. Tapi kadang kalo lagi ga beruntung, kita terpaksa jalan kaki. Iya, jalan kaki. Walopun jauhnya kadang bikin betis serasa berkonde, keringatan, dan kadang horor juga, jalan kaki tetap kami jalani.  Gue ga inget secara persis kapan ...

Pertolongan Tuhan

"Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung. dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:1-2) Manusia terkadang lupa akan kebaikan Tuhan di kehidupannya. Gue pun mengalaminya. Pernah gue baca sebuah artikel, bahwa kita harus terus menerus merenungkan kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita supaya kita ga lupa sama Sang Empunya kehidupan ini. Dan ya, ketika gue renungkan kebaikan Tuhan akhir-akhir ini, kebaikannya gak ada habisnya. Kebaikan Tuhan yang gue rasakan akhir-akhir ini datang dari orang-orang di sekeliling gue. Teman-teman, sahabat, keluarga. Mereka yang mendukung gue selama masa-masa terkelam gue mengerjakan skripsi. Gue rasanya udah pengen gila waktu itu. Serius. Gue rasa kalau gue gak mengenal Kristus dan kasihNya buat gue, pastilah gue udah depresi. Bersyukur, Tuhan masih baik sama gue dan mau memberikan kasihNya melalui orang-orang di sekeliling. Mereka adalah orang yang ngga...

Hampir Gila

30 Mei. 07.30 hampir gila.

Baru Sadar

Lagi dan lagi, tulisan gue diawali dari pemikiran ngasal gue. Menurut kartu identitas yang berlaku, gue kristen dari lahir. Tetapi baru di umur ke-22 inilah gue mempertanyakan satu hal: mengapa di hari kenaikan Tuhan Yesus ke surga, kita harus beribadah di gereja? Aneh, ya? Kenapa pula gue harus menanyakan hal ini? Bukankah tradisi ini yang selalu kita lakukan sesudah 40 hari Yesus bangkit? Tadinya gue menepis pikiran ini dengan jawaban simpel dari diri gue sendiri: "Nggak ada salahnya juga beribadah. Selama ada kesempatan bersekutu, ya ikutilah." Jawaban itu nggak bertahan lama di otak gue. Gue terus menerus bertanya, kenapa sih harus dirayakan? Pertanyaan ini cukup mengganggu gue selama empat hari. Berlebihan memang. Tapi gue nggak akan berhenti sampai menemukan jawaban yang memuaskan. Merayakan Natal, jelas kita harus lakukan. Kita bersyukur, Allah yang Mahabesar itu mau mengambil rupa sebagai Manusia. Merayakan Jumat Agung dan Paskah lebih jelas lagi. PengorbananNya...

Mendidik Diri di Hari Pendidikan

Hari ini ketika gue bangun pagi, gue hampir tidak menyadari bahwa hari ini adalah hari pendidikan nasional. Tepat tanggal 2 Mei, bangsa kita memang merayakan hari ini sebagai hari pendidikan. Sejarahnya memang panjang mengapa pada akhirnya 2 Mei menjadi hari yang spesial untuk pendidikan di Indonesia. Bisa dicari sendiri di google kalo penasara. Oh. Btw, gue udah terlebih dahulu mencari di google. Gue nggak akan ngomongin tentang hari pendidikan sih sebenernya. Gue ingin membagikan sedikit pelajaran yang gue dapatkan dari Tuhan pada hari ini. Mungkin ada kaitannya juga dengan Hardiknas, tapi mungkin semacam pelajaran kehidupan lebih tepatnya. Seperti biasanya di hari Senin, gue ada kuliah jam 10 pagi. Buat gue kuliah jam 10 di hari Senin bukanlah cobaan berat. Gue memang biasa menghadapi kuliah di hari Senin. Lagipula sekalipun nggak ada kuliah, gue terbiasa berangkat ke kosan gue di Depok tiap Senin pagi dari Jakarta. Namun pagi ini, berangkat kuliah di hari Senin jadi suatu cobaa...

Di Depan Mistar Gawang

Olahraga buat gue adalah sesuatu hal yang menyenangkan. Walaupun gak punya jadwal rutin berolahraga, gue selalu suka ketika tiba waktunya gue bisa berolahraga. Olahraga favorit gue adalah futsal. Agak aneh memang, kenapa gue suka banget main futsal. Memang nggak banyak sih, perempuan yang mau main futsal. Untungnya sebagai anak teknik, di setiap jurusan ada latihan rutin futsal putri. Itupun latihan jurusan gue (intensnya) cuma beberapa bulan menjelang turnamen fakultas. Tapi gue tetap bersyukur, seenggaknya masih ada wadah buat gue menyalurkan hobi main futsal. Gue ga jago-jago amat sebagai pemain futsal. Gue mengakui hal itu kok, makanya gue nggak ditempatin sebagai pemain depan atau belakang. Gue pemain paling belakang, alias kiper. Sejarah gue sebagai kiper lebih sering diisi dengan kegagalan sebenarnya. Gue inget waktu SMA, ada pertandingan classmeeting abis UAS. Gue kebagian jadi kiper, dan kebobolan banyak banget. Tapi gue sesenang itu bisa jadi kiper untuk pertama kalinya. ...

Aku yang Kecil, Allah yang Besar

Perenungan kali ini didapat ketika gue memimpin pujian di sebuah persekutuan doa. Honestly , gue bukan orang yang sering nge-MC dan mimpin pujian. Di kampus kayaknya masih banyak banget talenta MC bergelimpangan, jadi gue jarang 'dipake' sebagai MC ibadah. Padahal sebenernya gue pengen banget berlatih menjadi pemimpin pujian yang baik, dan sarana latihannya pasti dengan menjadi MC, kan? Tapi makin lama gue makin menyadari, mungkin bukan di bidang ini Tuhan percayakan untuk gue kerjakan. Lantas ketika gue ditawari untuk menjadi MC perdo, jujur gue gentar sih. Gue yang jarang jadi MC ini, disuruh mimpin ibadah yang pesertanya kebanyakan bukan dari kampus gue (dan lembaga pelayanan yang sering gue datangi). Tetapi akhirnya pun gue menerima pelayanan ini dengan berbagai pertimbangan dan doa. Menurut gue, tantangan terbesar gue sebagai MC adalah memilih lagu buat ibadah. Sebagai jemaat GPIB dari sejak dikandung ibunda, perbendaharaan lagu gue sebagian besar-- almost 75%-- beras...

Perenungan Jumat Agung

Walaupun sudah terlambat tiga hari, gue harap belum terlambat untuk menuliskan ini. Ide menulis perenungan ini didapat ketika ibadah Jumat Agung di gereja gue. Ada satu hal yang Tuhan bukakan untuk gue pahami di Jumat Agung kali ini, dan gue bersyukur atas hal itu. Jumat Agung bagi secara pribadi adalah peristiwa mistis. Sebab, bagaimana mungkin Allah yang Mahabesar itu mau menanggung dosa manusia? Kalau bukan karena kasih karunia, itu adalah hal yang sangat nggak bisa diterima dan terjangkau dengan akal manusia. Tetapi di satu sisi yang lain, kematian Kristus adalah peristiwa emosional paling melelahkan. Di dalamnya bersatu kesedihan sekaligus murka pribadi Allah. Ia yang adalah Tritunggal, harus terpaksa terpisah. Sekali lagi walaupun sulit diterima oleh akal manusia, ini tetap menyedihkan. Sang Anak terpisah dengan Sang Bapa, demi agar kita layak di hadapan Sang Bapa. Perumpamaannya adalah seperti kita harus terpisah dengan orang yang paling kita kasihi dalam hidup kita (walaupun ...

Belajar Mengasihi

Ini bukan postingan galau sih sebenernya. Hanya saja, di pagi hari ketika gue menulis ini, gue merasa sedang diuji dalam hal mengasihi. Gue teringat akan kata-kata seseorang: kasih akan teruji apabila ia mengalami penolakan. Enggak, gue gak sedang ditolak cintanya kok. Bukan juga lagi digantungin. Kisah ini berawal dari bagaimana gue sulit bertemu dengan AKK (Anak Kelompok Kecil) gue. Gue tidak dalam posisi mempersalahkan mereka. Gue justru sedang mempertanyakan diri gue sendiri: apakah gue akan menyerah? Menjadi PKK, jujur, membuat gue harus belajar bagaimana mengasihi dengan cara yang berbeda. Mau tidak mau, gue harus belajar bagaimana Kristus telah terlebih dahulu mengasihi jemaatNya. Celakanya, itu berarti gue harus menepis rasa cinta diri sendiri. Dulu, gue adalah orang yang hanya ingin diperhatikan. Namun menjadi PKK artinya gue harus memperhatikan terlebih dahulu. Terlebih dari itu, mengasihi dengan sungguh. Sampai detik ketika gue menulis ini, gue pun masih belajar. Bahka...

Sederhana

Akhir-akhir ini gue merasa Tuhan menjawab doa gue dengan sederhana, namun efektif. Doa-doa yang awalnya terasa tidak terjawab, namun selama proses justru terlihat indah. Gak perlu kejadian yang muluk-muluk dan fantastis. Cukup kejadian sehari-hari, yang kalau disadari sangat "kebetulan" terjadi. Salah satu contohnya adalah ketika Tuhan menjawab doa gue tentang jadwal bimbingan. Dosbing gue meminta untuk bimbingan tiap Kamis jam 3 sore. Di jam dan hari yang sama, sebenarnya gue ada jadwal mengajar privat. Gue ga enak buat minta murid gue buat pindah hari. Alasannya simpel sih, murid gue pernah bilang kalau dia cukup sibuk, dan hanya bisa di hari Kamis. Sebenernya bisa sih gue pindah bimbingan di hari Jumat karena dosen gue juga kosong hari itu, di jam 3 sore juga. Tapi di hari Jumat gue ada jadwal kelompok kecil yang biasanya berlangsung bisa sampe jam 4 sore. Amazingly, beberapa hari kemudian setelah kegalauan ini, murid gue ngechat gue dan bilang kalo dia mau pindah j...

Belajar Bersyukur

Manusia, seperti sewajarnya, paling susah sama yang namanya bersyukur. Entah karena lupa, atau memang kita lebih suka berfokus pada hal-hal yang 'belum' dikerjakan oleh Tuhan. Beberapa hari yang lalu gue bersaat teduh dan topiknya adalah tentang manusia yang seringkali lupa kebaikan Tuhan. Eh, pas banget ketika gue mengamati sekeliling gue, gue menemukan kondisi-kondisi yang membuat gue belajar bersyukur. Pertama, gue akhirnya mendengarkan curhatan temen gue yang punya pacar (almost) perfect: ganteng, baik, berkecukupan, masa depan (sepertinya) cerah, pinter.... Apa lagi ya kurangnya? Sepenglihatan gue yang sudah menyaksikan langsung pacarnya temen gue ini, gue langsung merasa: "Ya Tuhan, anakMu ini kapan dipertemukan dengan jodoh seperti ini?". Oke. Tapi ternyata menurut temen gue, pacarnya bukanlah sosok sempurna yang lebih banyak kurangnya. Kemudian dia dekat dengan pria lain, yang dalam beberapa sifat lebih baik daripada pacarnya. Singkat cerita, dia punya 2 ...

Mengamati Sekeliling

Gue bukan tipe orang yang cukup sabar dalam hal menunggu. Sayangnya, banyak waktu dalam satu hari gue habiskan untuk menunggu. Menunggu kereta atau metromini datang, menunggu ojek, menunggu makanan siap disajikan dari kantin, menunggu jodoh mungkin--kalau ingin dimasukkan dalam kategori ini. Ketika menunggu tentu banyak hal yang kita lakukan, berpura-pura agar waktu berlalu dengan cepat. Sok sibuk dengan HP misalnya. Gue memang sering menghabiskan waktu menunggu dengan kegiatan ga produktif: ngecek media sosial, terus komentar dalam hati. Tapi gue sadar sih, kebiasaan ini nggak baik dan sepertinya gue harus lebih banyak menghabiskan waktu menunggu dengan membaca atau mengamati sekitar lalu mengobrol dengan orang asing (kalau berani). Salah satu hal yang sedang gue coba disiplinkan untuk dilakukan ketika menunggu adalah mengamati sekitar. Kegiatan aneh, sih memang. Tapi kalau sudah menikmati mengamati orang, kita bisa lebih jujur dalam cara pandang kita terhadap sesuatu (atau seseora...