Tidak Terulang [Eps. 3: Panggilan]
Ekspektasi memang seringkali tidak sesuai dengan realita. Entahkah lebih indah atau lebih buruk, tergantung dari cara kita melewati setiap prosesnya. Sepanjang mempersiapkan diri mengikuti KNM, gue berekspektasi bahwa Tuhan akan menyatakan rencanaNya secara jelas, gamblang, nyata. Malah mungkin melalui cara yang dahsyat seperti mimpi, penglihatan, atau semacamnya. Nyatanya tidak. Episode ini mengisahkan bagaimana Tuhan memberikan realita yang jauh lebih indah melampaui ekspektasi.
Sebelum KNM
Gue cukup buta arah akan kehidupan pasca kampus. Sebagai anak teknik, sebenarnya gue tidak terlalu berminat bekerja di bidang perekayasa elektro. Tapi kalau disuruh pindah haluan ke nonteknik, gue gak punya basic ilmu apapun. Terlebih, sayang juga ilmu yang sudah gue pelajari selama ini. Gue sadar bahwa kontribusi di bidang apapun pastinya akan tetap untuk mengerjakan misiNya di dunia. Secara jelas di bidang apa? Gue gak ada ide.
Gue punya beberapa rencana baik di bidang teknik maupun nonteknik. Gue butuh konfirmasi. Gue ingin Tuhan menyatakan sesuatu buat gue selama KNM berlangsung. Jadilah dari beberapa hari sebelum KNM gue berdoa, "Tuhan, tolong nyatakan maksudMu selama KNM nanti. Apakah aku bekerja di bidang teknik atau tidak,". Sesimpel itu. Gue rasapun tidak ada yang salah dengan itu.
Saat KNM
Banyak hal yang Tuhan bukakan selama KNM berlangsung. Mulai dari eksposisi, KKR, small group, PA, pleno, semuanya membukakan hal-hal yang meneguhkan secara general. Secara spesifik? Tidak. Gue gak merasa Tuhan memanggil gue secara spesifik untuk mengerjakan suatu panggilanNya di bidang tertentu. Gue masih terus mendoakan hal yang sama, memohon Tuhan menyatakan maksudnya secara jelas. Setengah memaksa, di hari keempat KNM, gue berdoa begini: "Tuhan, ini udah hari keempat, aku ingin Tuhan menyatakan sesuatu secara jelas."
Ternyata langsung dijawab Tuhan melalui eksposisi pagi itu. Jelas dan nyata. Namun sangat tidak sesuai ekspektasi.
Eksposisi pagi itu dari Kisah Para Rasul 16 tentang Paulus mendapat visi ke Makedonia. Gue sudah pernah mem-PA-kan ini dan juga udah pernah denger eksposisinya. Sombongnya, gue pikir memang isinya seperti yang sudah pernah gue dengar, kurang lebih. Ternyata kekayaan Firman Tuhan memang tidak ada habisnya.
Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana. (Kis. 16:6-10)
Apa hubungannya perikop ini dengan jawaban doa gue? Tadinya gue gak menyangka perikop ini bisa menjawab kegalauan gue. Kemudian Pak Gideon Yung, pembicara, bertanya "Mengapa kita tidak mengalami penglihatan dan arahan Roh Kudus sejelas Paulus?". Beliau menjelaskan bahwa Kisah Para Rasul lebih menjelaskan secara deskriptif daripada preskriptif. Apa yang dituliskan bukanlah suatu perintah dan metode yang harus demikian. Holy Spirit is moving and working in unique way.
Panggilan Allah adalah sebuah proses, one step at the time, Panggilan seorang dengan yang lain tidaklah bisa disamakan. Yang kita perlukan sebenarnya bukanlah panggilan itu, melainkan Sang Pemberi Panggilan!
Di era serba canggih ini, kita seringkali mengandalkan GPS untuk bepergian. Tidak salah memang. Tetapi di dalam hidup bersama Tuhan, it's better to have a Friend walking besides you than a GPS. Yes. Lebih sering kita melihat Allah sebagai GPS, mengarahkan secara pasti titik demi titik, dan melupakan Pribadi Allah itu sendiri. Tetapi perjalanan bersama Allah bukanlah tentang tujuan melainkan RELASI.
Sampai disini gue tertampar. Ini hal yang sudah pernah gue ketahui. Tapi dibukakan lagi karena gue lupa. Tuhan menjawabnya lagi melalui perikop yang gak gue sangka bisa membukakan hal ini. Gak hanya berhenti disini aja, tamparan itu berlanjut...
Kita terlalu sering mereduksi kebesaran Allah dengan pertanyaan: apa, siapa, dimana, kapan, berapa, dan sebagainya. Hal-hal kecil ini terlalu sering kita tanyakan sampai kita lupa makna relasi yang sesungguhnya. Saat kita terlalu terpusat dengan hal-hal ini, maka sesungguhnya kita tidak benar-benar mengenal Allah.
Oke. Perlahan air mata ini menetes,
Sedih dengan kenaifan diri ini. Sedih karena sebenarnya gue gak sungguh-sungguh mencari dan mengenalNya. Di saat yang sama air mata itu juga berarti kebahagiaan. Bahagia bahwa Allah mendengar doa gue dan menjawabnya jauh lebih indah dari yang bisa gue bayangkan. Ia membawa gue untuk semakin rindu mengenalNya dan memandangNya sebagai Allah, bukan GPS atau fortune teller.
Sebelum KNM
Gue cukup buta arah akan kehidupan pasca kampus. Sebagai anak teknik, sebenarnya gue tidak terlalu berminat bekerja di bidang perekayasa elektro. Tapi kalau disuruh pindah haluan ke nonteknik, gue gak punya basic ilmu apapun. Terlebih, sayang juga ilmu yang sudah gue pelajari selama ini. Gue sadar bahwa kontribusi di bidang apapun pastinya akan tetap untuk mengerjakan misiNya di dunia. Secara jelas di bidang apa? Gue gak ada ide.
Gue punya beberapa rencana baik di bidang teknik maupun nonteknik. Gue butuh konfirmasi. Gue ingin Tuhan menyatakan sesuatu buat gue selama KNM berlangsung. Jadilah dari beberapa hari sebelum KNM gue berdoa, "Tuhan, tolong nyatakan maksudMu selama KNM nanti. Apakah aku bekerja di bidang teknik atau tidak,". Sesimpel itu. Gue rasapun tidak ada yang salah dengan itu.
Saat KNM
Banyak hal yang Tuhan bukakan selama KNM berlangsung. Mulai dari eksposisi, KKR, small group, PA, pleno, semuanya membukakan hal-hal yang meneguhkan secara general. Secara spesifik? Tidak. Gue gak merasa Tuhan memanggil gue secara spesifik untuk mengerjakan suatu panggilanNya di bidang tertentu. Gue masih terus mendoakan hal yang sama, memohon Tuhan menyatakan maksudnya secara jelas. Setengah memaksa, di hari keempat KNM, gue berdoa begini: "Tuhan, ini udah hari keempat, aku ingin Tuhan menyatakan sesuatu secara jelas."
Ternyata langsung dijawab Tuhan melalui eksposisi pagi itu. Jelas dan nyata. Namun sangat tidak sesuai ekspektasi.
Eksposisi pagi itu dari Kisah Para Rasul 16 tentang Paulus mendapat visi ke Makedonia. Gue sudah pernah mem-PA-kan ini dan juga udah pernah denger eksposisinya. Sombongnya, gue pikir memang isinya seperti yang sudah pernah gue dengar, kurang lebih. Ternyata kekayaan Firman Tuhan memang tidak ada habisnya.
Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana. (Kis. 16:6-10)
Apa hubungannya perikop ini dengan jawaban doa gue? Tadinya gue gak menyangka perikop ini bisa menjawab kegalauan gue. Kemudian Pak Gideon Yung, pembicara, bertanya "Mengapa kita tidak mengalami penglihatan dan arahan Roh Kudus sejelas Paulus?". Beliau menjelaskan bahwa Kisah Para Rasul lebih menjelaskan secara deskriptif daripada preskriptif. Apa yang dituliskan bukanlah suatu perintah dan metode yang harus demikian. Holy Spirit is moving and working in unique way.
Panggilan Allah adalah sebuah proses, one step at the time, Panggilan seorang dengan yang lain tidaklah bisa disamakan. Yang kita perlukan sebenarnya bukanlah panggilan itu, melainkan Sang Pemberi Panggilan!
Di era serba canggih ini, kita seringkali mengandalkan GPS untuk bepergian. Tidak salah memang. Tetapi di dalam hidup bersama Tuhan, it's better to have a Friend walking besides you than a GPS. Yes. Lebih sering kita melihat Allah sebagai GPS, mengarahkan secara pasti titik demi titik, dan melupakan Pribadi Allah itu sendiri. Tetapi perjalanan bersama Allah bukanlah tentang tujuan melainkan RELASI.
Sampai disini gue tertampar. Ini hal yang sudah pernah gue ketahui. Tapi dibukakan lagi karena gue lupa. Tuhan menjawabnya lagi melalui perikop yang gak gue sangka bisa membukakan hal ini. Gak hanya berhenti disini aja, tamparan itu berlanjut...
Kita terlalu sering mereduksi kebesaran Allah dengan pertanyaan: apa, siapa, dimana, kapan, berapa, dan sebagainya. Hal-hal kecil ini terlalu sering kita tanyakan sampai kita lupa makna relasi yang sesungguhnya. Saat kita terlalu terpusat dengan hal-hal ini, maka sesungguhnya kita tidak benar-benar mengenal Allah.
Oke. Perlahan air mata ini menetes,
Sedih dengan kenaifan diri ini. Sedih karena sebenarnya gue gak sungguh-sungguh mencari dan mengenalNya. Di saat yang sama air mata itu juga berarti kebahagiaan. Bahagia bahwa Allah mendengar doa gue dan menjawabnya jauh lebih indah dari yang bisa gue bayangkan. Ia membawa gue untuk semakin rindu mengenalNya dan memandangNya sebagai Allah, bukan GPS atau fortune teller.
Comments
Post a Comment