He Answers, He Satisfies
Hal apa yang membuatmu bersukacita?
Pertanyaan itu terus-menerus gue pertanyakan dalam benak gue. Bukannya gue tidak mengetahuinya, gue mengulang-ulang pertanyaan ini untuk semakin menguji diri sendiri. Sudahkah gue bersukacita atas hal yang benar? Sudahkah gue bersukacita karena Allah?
Hari ini pertanyaan itu kembali menggema, diawali dari saat teduh pagi ini. Gue menggunakan bahan Our Daily Bread (Santapan Rohani atau WarungSateKamu dalam Bahasa Indonesia). Hari ini judulnya True Riches. Oh, menarik, pikir gue saat membaca judulnya. Memang benar, saat dibaca sungguh-sungguh menarik.
Bahan bacaan Firman diambil dari Lukas 12:22-24. Gue udah membaca bagian Firman yang ini beberapa kali sebenarnya. Tetapi hari ini Allah kembali meneguhkan lewat Firman yang sudah sering gue baca.
Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. (Lukas 12:29)
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (Lukas 12:34)
Entah kenapa dua ayat ini mencolok pandangan gue. Pas banget dengan pergumulan yang lagi gue alami. Gue sebenarnya lagi galau pekerjaan. Seorang lulusan universitas (yang katanya) ternama menjadi pengangguran adalah hal yang aneh bagi sebagian besar orang. Sebenarnya gue gak nganggur-nganggur amat, sih. Gue bekerja volunteer di sebuah lembaga politik sepanjang bulan September ini. Ya, walaupun hanya sebulan tapi gue digaji UMR. Setidaknya gue bisa hidup sebulan ke depan dengan hasil gaji gue.
Namun bulan September sebentar lagi berakhir dan gue belum mendapatkan pekerjaan tetap. Gue udah apply ke beberapa perusahaan, kok. Tapi belum diterima dan belum ada panggilan untuk wawancara atau tes. Gue mulai khawatir apalagi melihat teman-teman gue yang udah mulai kerja, tes kerja, atau wawancara.
Gue berdoa tiap malam, kiranya Tuhan memberikan pekerjaan untuk gue. Gue buka mata di pagi hari, berharap saat gue membuka email di siang hari ada panggilan dari perusahaan.
Ternyata panggilan itu bukan dari perusahaan. Dari Tuhan.
Ia memanggil gue pagi ini untuk belajar 3 hal:
- Bersyukur dalam segala hal. Kalau boleh direnungkan kembali, sebenarnya gue bisa magang ini adalah anugerah Allah. Tidak sampai seminggu gue wisuda, gue tiba-tiba dihubungi seorang teman lama yang menawarkan pekerjaan. Kebetulan? Tidak. Karena siapakah gue sehingga gue tiba-tiba dihubungi dan ditawari pekerjaan? Allah pasti menggerakkan hati teman gue. Lagipula gue digaji, walaupun nominalnya tidak besar. Yang lebih istimewa lagi, gue mendapat makan siang gratis di kantor, bahkan kadang ditambah snack dan makan malam kalau lembur. Sebenarnya ini aja udah alasan yang sangat besar untuk gue selalu bersyukur. Masih banyak orang lain disana yang benar-benar menganggur dan tidak mengerjakan apapun. Sementara gue yang udah dapat yang lebih baik tidak bersyukur. Ah. Malu, Ter.
- Jangan khawatir. Iya, gue akan kembali menganggur dalam batas waktu yang tidak gue ketahui. Tapi Allah tetap Allah yang menyediakan segala sesuatu, kok. Gue terlalu khawatir tidak mendapatkan pekerjaan, padahal Allah yang menyediakan pekerjaan itu. Harus gue akui, masa pencarian pekerjaan itu masa yang membosankan dan melelahkan. Menanti dipanggil, ditolak, belajar untuk tes, dan segala printilan lain yang melelahkan. Dari sinilah gue belajar untuk menyerahkan prosesnya pada Allah.
- Dimana hatimu berada? Gue sering berandai-andai kalau gue mendapat pekerjaan dan punya penghasilan sendiri, gue ingin beli ini dan itu. Gue ingin beli hal-hal yang selama ini gue nggak mampu beli atau gak enak minta mama untuk beliin. Maka disitulah hatimu berada, Ter. Gue terlalu sering memusatkan diri pada hal-hal yang gue pikir akan menyenangkan hati gue. Gue lebih bahagia akan perusahaan yang akan gue tempati nanti ketimbang siapa Tuhan yang gue kenal. Tuhan menyatakan keberdosaan gue hari ini dengan jelas, bahwa yang terpenting adalah relasi denganNya (Lihat postingan berjudul "Tidak Terulang Eps 3: Panggilan")
Terjawablah sudah kekhawatiran gue selama ini. Bukan berarti gue sudah tidak khawatir, tapi gue belajar untuk mempercayakan semuanya kepada Tuhan. Jika memang Tuhan berkenan, gue akan mendapatkan pekerjaan segera. Jika tidak, Tuhan akan tetap memberikannya pada waktu yang tepat, ketika itu gue pasti sudah belajar menempatkan harta dan hati di tempat yang tepat.
Perenungan hari ini ditutup dengan kisah Keluaran 16. Kisah ini menceritakan perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Tidak ada makanan disana, tidak seperti ketika mereka di Mesir. Namun mereka memiliki Allah. Tidak seharusnya bangsa Israel bersungut-sungut karena tidak mendapat makanan. Kuasa Allah telah mereka saksikan dan rasakan, namun tetap mereka sulit untuk bersyukur dan mempercayakan segalanya pada Allah.
Bukankah itu juga yang gue lakukan?
Tuhan masih terlalu baik untuk gue. Ia kembali dan terus mengingatkan gue bahwa bukan pekerjaan, bukan uang, bukan relasi dengan manusia yang membuat gue bersukacita dan merasa aman dalam kepastian. Ia sendiri yang menjawab dan memuaskan gue.
Comments
Post a Comment