Aku yang Kecil, Allah yang Besar

Perenungan kali ini didapat ketika gue memimpin pujian di sebuah persekutuan doa. Honestly, gue bukan orang yang sering nge-MC dan mimpin pujian. Di kampus kayaknya masih banyak banget talenta MC bergelimpangan, jadi gue jarang 'dipake' sebagai MC ibadah. Padahal sebenernya gue pengen banget berlatih menjadi pemimpin pujian yang baik, dan sarana latihannya pasti dengan menjadi MC, kan? Tapi makin lama gue makin menyadari, mungkin bukan di bidang ini Tuhan percayakan untuk gue kerjakan.

Lantas ketika gue ditawari untuk menjadi MC perdo, jujur gue gentar sih. Gue yang jarang jadi MC ini, disuruh mimpin ibadah yang pesertanya kebanyakan bukan dari kampus gue (dan lembaga pelayanan yang sering gue datangi). Tetapi akhirnya pun gue menerima pelayanan ini dengan berbagai pertimbangan dan doa.

Menurut gue, tantangan terbesar gue sebagai MC adalah memilih lagu buat ibadah. Sebagai jemaat GPIB dari sejak dikandung ibunda, perbendaharaan lagu gue sebagian besar--almost 75%-- berasal dari Kidung Jemaat, Gita Bakti, NKB, dan PKJ. Gue nggak tahu banyak lagu rohani kekinian macem Hillsong, Planetshakers, dan sebagainya. Dan sebenernya jeleknya gue adalah, gue basically lebih suka lagu-lagu hymnal. Kiceplah gue ketika memilih lagu. Ya kali, perdo yang isinya dari berbagai macem aliran gereja ini gue kasih lagu hymnal semua. Kasian nanti kalo pada ga tau gimana?

Terlepas dari berbagai pendapat tentang pemilihan lagu, akhirnya dalam doa-doa gue, gue yakin memilih beberapa lagu yang akan gue pimpin. Salah satu lagu yang gue pilih adalah God and God Alone. Gue udah lama mengenal lagu ini di kampus. Setiap gue menyanyikannya di ibadah, gue selalu merinding menyanyikannya. Lagu ini sangat-sangat luar biasa menceritakan Allah.

"God and God alone created all these things we call our own
From the mighty to the small the Glory in them all is God's and God's alone

Chorus:
God and God alone is fit to take the universe's throne
Let everything that lives reserve its truest praise for God and God alone

God and God alone reveals the truth of all we call unknown
And the best and worst of man wont change the Master's plan. It's God's and God's alone

God and God alone will be the joy of our eternal home
He will be our one desire Our hearts will never tire of God and God alone"


Perenungan tentang dalamnya lagu ini justru gue mulai ketika gue selesai pelayanan. Sedikitnya ada tiga hal yang gue pelajari melalui lagu ini. Melalui lagu ini, gue menyadari betapa kecilnya gue di alam semesta ini. Gue yang sangat-sangat kecil ini, bisa-bisanya sering sombong menganggap diri gue adalah tuan atas kehidupan gue. No! Allah adalah pemilik kehidupan gue dan semesta ini. Jadi nggak ada alasan buat kita sombong dan bermegah atas diri sendiri.

Hal kedua yang gue sadari adalah, di bagian refrein tertulis: "God and God alone is fit to take the universe's throne". Gue semakin menyadari ternyata memang hanya Allah yang pantas menduduki singgasana alam semesta ini. Kenapa? Karena memang hanya Allah yang menciptakan semuanya. Kita sebagai manusia nggak akan mampu mendudukinya. Kebayang gak kalo anak bayi mau duduk di kursi orang dewasa? Pastilah nggak akan cocok dan tepat buatnya, karena memang kursi itu didesain untuk orang dewasa. Kita yang bagai bayi ini mau duduk di singgasana itu? Nggak akan pantes, mendekati pun enggak.

Hal ketiga: Pernahkah kita sadari seringkali sumber sukacita kita berubah arah, menuju ke hal-hal yang sebenarnya tidak membawa sukacita yang sejati? Di bait ketiga, gue hancur hati sih. Aseli. Gue sering banget jatuh ke dalam pencarian sukacita di luar Tuhan. Padahal gue tahu, hanya Allah saja yang dapat memuaskan hidup gue. Inilah yang pada akhirnya selalu gue doakan dalam hati: supaya sumber sukacita gue hanya tetap berasal dan berada di dalam Allah saja. Supaya hasrat hati gue hanyalah Allah semata.

Wah! Parah sih ini lagu. Menelanjangi gue banget bait demi baitnya. Gue yang keciiiiil banget ini bisa dianggap berharga oleh Allah yang sebegitu besarnya, yang menciptakan jagad raya ini. Semoga melalui lagu ini gue semakin kagum, hormat, dan mengasihi Allah yang besar. Dan akhirnya dari pelayanan kemarin gue juga bersyukur, Allah memberikan gue kesempatan buat semakin mengenal dan menikmati kasihNya lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)