Belajar Bersyukur

Manusia, seperti sewajarnya, paling susah sama yang namanya bersyukur. Entah karena lupa, atau memang kita lebih suka berfokus pada hal-hal yang 'belum' dikerjakan oleh Tuhan. Beberapa hari yang lalu gue bersaat teduh dan topiknya adalah tentang manusia yang seringkali lupa kebaikan Tuhan. Eh, pas banget ketika gue mengamati sekeliling gue, gue menemukan kondisi-kondisi yang membuat gue belajar bersyukur.

Pertama, gue akhirnya mendengarkan curhatan temen gue yang punya pacar (almost) perfect: ganteng, baik, berkecukupan, masa depan (sepertinya) cerah, pinter.... Apa lagi ya kurangnya? Sepenglihatan gue yang sudah menyaksikan langsung pacarnya temen gue ini, gue langsung merasa: "Ya Tuhan, anakMu ini kapan dipertemukan dengan jodoh seperti ini?". Oke. Tapi ternyata menurut temen gue, pacarnya bukanlah sosok sempurna yang lebih banyak kurangnya. Kemudian dia dekat dengan pria lain, yang dalam beberapa sifat lebih baik daripada pacarnya. Singkat cerita, dia punya 2 'pacar' at the same time karena merasa tidak bisa memilih atau melepaskan salah satunya.

Gue sedang tidak menceritakan aib orang lain disini. Gue hanya ingin merefleksikan bagaimana sesugguhnya manusia sulit bersyukur dan mencukupkan diri dengan apa yang ada. Disaat gue yang belum punya pacar (iye), eh temen gue malah punya 2 pacar dan masih merasa kedua pacarnya ini sama-sama ga sesuai dengan keinginannya. Kesannya temen gue sangat tidak bersyukur akan apa yang dia miliki. Tapi kemudian gue tersadar sesuatu, bukankah seringkali kita demikian tidak bersyukurnya dalam banyak hal?

Kita tidak bersyukur bisa makan 3 kali sehari, merasa makanan yang kita makan tidak seenak orang lain. Namun disaat yang sama ada orang-orang di sekeliling yang tidak bisa makan. Sama kejamnya. Sama tidak bersyukurnya.

Manusia memang tidak pernah puas. Kita akan selalu menuntut hal yang lebih tinggi, yang belum pernah kita capai sebelumnya, yang kita tidak berhak miliki, atau bahkan yang sebenarnya tidak pantas kita raih. Selalu demikian kalau kita hanya menuruti keinginan daging kita. Yang pertama perlu kita sadari adalah: tidak ada satupun yang dapat benar-benar memuaskan kita. Hanya Kristus yang sanggup. Dalam hal inipun, gue masih sangat berjuang karena gue masih sering mencari kepuasan tidak kepadaNya.

Yang kedua, ya jangan lupa bersyukur. Ibarat kata lagunya D'Masiv: "Syukuri apa yang ada...". Ya syukuri, dinyatakan rasa syukurnya dalam doa dan perkataan. Mencukupkan diri dengan segala yang ada, setidaknya membuat kita bersyukur dan tidak membandingkan diri terlalu banyak dengan orang lain. Akuilah bahwa kita terbatas dalam mensyukuri segala sesuatu. Bersyukur, bersyukur, bersyukur, supaya kita tidak terjebak dalam kesempitan berpikir bahwa kita berkekurangan.

Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)