Tidak Terulang

Seharusnya tulisan ini muncul dua minggu yang lalu, tepat ketika gue selesai mengikuti acara tersebut. Seharusnya gue tidak semalas itu menuliskannya kembali. Tetapi menuliskannya ini setelah dua minggu berlalu membuat gue mengingat-ingat kembali setiap momennya. Setiap kenangan indah yang tidak akan terulang lagi. Setiap kesempatan dimana gue bisa mengagumi karya Allah sekaligus tertampar dengan setiap teguran yang dilayangkan. Tulisan ini adalah pembuka rangkaian beberapa tulisan ke belakang yang akan membahas momen yang sama.

Momen itu bernama Kamp Nasional Mahasiswa 2016. Ijinkan gue untuk mundur 4 tahun yang lalu saat gue mendengar KNM ini untuk pertama kalinya. Kakak gue saat itu mengikuti Kamp Pengutusan Mahasiswa (KPM), "saudara dekatnya" KNM. Gue iseng nanya, KPM itu apa sih. Jawaban singkat yang gue dapatkan adalah, KPM semacam retret pengutusan untuk mahasiswa tingkat akhir menghadapi dunia alumni. Lalu dia melanjutkan, "Ada juga KNM, itu semacam KPM, Dek. Tapi tingkatnya nasional. Se-Indonesia yang ikutan".

Wah!

Seketika itu juga gue langsung tertarik. Padahal gue belom kenal persekutuan, belom kenal kelompok kecil, belom kenal apapun berbau PO. Tapi gue pengen banget suatu saat ikut KNM, apapun yang terjadi.

Tiga tahun berlalu, di akhir semester 6 (atau awal semester 7 ya?) gue mendengar kabar bahwa akan ada KNM di tahun 2016. Gue hampir lupa saat itu kalau gue pernah bertekad untuk ikut KNM. Tiba-tiba pemberitahuan tentang KNM membuat gue kembali mengingat masa-masa pertama kali gue tahu tentang KNM. Gue harus ikut! Gak mau tau gimana ijin orangtua, gimana bayarnya, dapet kuota atau enggak, gue harus ikut!

Kenapa gue harus ikut? Dua alasan yang paling kuat adalah: gue ingin tau mengenai panggilan Tuhan buat gue di dunia alumni dan gue ingin ketemu orang-orang dari berbagai PMK di wilayah lain. Dengan iman, di dalam hati gue berkata, "Tuhan, aku ingin ikut ini". Setengah memaksa memang. Tapi gue tau, gak ada kesempatan yang akan berulang untuk KNM ini.

Gue semakin semangat ketika tau KNM akan diadakan di Malang. Saking semangatnya pengen ikut KNM, brosurnya gue taruh di meja belajar gue buat penyemangat seminar dan skripsi. Gue agak malu mengakui hal ini sih, tapi emang gue sepengen itu ikutan KNM.

Kebaikan Tuhan memang luar biasa. Gue akhirnya dikasih kesempatan untuk ikut. Padahal sebelumnya gue sempet sedih nggak dihubungin sama panitia untuk jadi peserta. Beberapa teman dekat gue udah dihubungi waktu itu, tapi gue belum dihubungi. Gue kira kuota peserta dari Jakarta cuma sedikit, jadi gue gak kebagian. Lagian gue juga cuma remah-remah persekutuan doang, yang gak terlalu penting juga kalau ikutan. Untunglah kebaperan ini cepat berlalu. Singkat kata gue ditawarin ikut KNM dan gue langsung mengiyakan.

Seperti yang gue bilang di awal, tulisan ini memang pembuka kisah-kisah detail sepanjang gue mengikuti KNM. Gue sangat-sangat bersyukur bisa ikut momen ini. Mungkin kalian menilai ini berlebihan, tapi gue mendapat banyak sekali hal penting yang Tuhan ajarkan dan ingatkan. Kesempatan ini tidak datang dua kali. Ketika kesempatan ini datang satu kali, hal yang paling gue syukuri adalah gue meresponnya dengan tepat.

Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)