Di Depan Mistar Gawang

Olahraga buat gue adalah sesuatu hal yang menyenangkan. Walaupun gak punya jadwal rutin berolahraga, gue selalu suka ketika tiba waktunya gue bisa berolahraga. Olahraga favorit gue adalah futsal. Agak aneh memang, kenapa gue suka banget main futsal. Memang nggak banyak sih, perempuan yang mau main futsal. Untungnya sebagai anak teknik, di setiap jurusan ada latihan rutin futsal putri. Itupun latihan jurusan gue (intensnya) cuma beberapa bulan menjelang turnamen fakultas. Tapi gue tetap bersyukur, seenggaknya masih ada wadah buat gue menyalurkan hobi main futsal.

Gue ga jago-jago amat sebagai pemain futsal. Gue mengakui hal itu kok, makanya gue nggak ditempatin sebagai pemain depan atau belakang. Gue pemain paling belakang, alias kiper. Sejarah gue sebagai kiper lebih sering diisi dengan kegagalan sebenarnya. Gue inget waktu SMA, ada pertandingan classmeeting abis UAS. Gue kebagian jadi kiper, dan kebobolan banyak banget. Tapi gue sesenang itu bisa jadi kiper untuk pertama kalinya. Pas maba, gue juga jadi kiper di Freshmen Cup (turnamen antar maba se-teknik gitu). Kebobolan banyak juga sih, haha..

Lah terus kenapa akhirnya gue tetap jadi kiper di tim futsal putri elektro? Mungkin alasan paling kuat adalah karena cewek elektro sangat sedikit, dan ga ada yang mau jadi kiper. Jadilah gue ditumbalkan. Nggak deng, gue ga merasa ditumbalkan. Buat gue jadi kiper itu menyenangkan walaupun perjuangannya tidak mudah. 

Jadi kiper itu minim penghargaan tapi selalu diingat kesalahannya. Kiper adalah orang pertama yang disalahkan kalo kebobolan. Tapi ketika tim lo menang, kiper mungkin jadi orang terakhir yang dapat pujian. So, kebayang kan betapa nistanya gue kalo kebobolan berkali-kali. Ya, gue akui gue sering kebobolan, tapi itu nggak pernah menyurutkan semangat gue sebagai kiper. 

Latihan gue sebagai kiper selalu lebih berat daripada yang lain. Walaupun berganti-gantian kalau lagi latihan, tapi karena kiper tim (biasanya) cuma dua orang, jadilah porsi latihan dua orang ini lebih intens. Latihannya juga pake jatoh-jatohan. Kita gak bisa prediksi kemana pemain akan nge-shoot bola. Jadi yang patut dilakukan kiper supaya gak kebobolan adalah mengikuti kemanapun bola itu mengarah. Celakanya itu juga berarti siap jatuh dan guling-gulingan di lapangan demi mendapatkan bola. Kalau gue mulai lelah ngambil bola, coach gue bakal teriak-teriak: "kiper jangan mager!". Iya, kiper ga boleh mager ngambil bola. Kalo mager ya kebobolan. Abis tim lo.

Meskipun demikian, banyak pelajaran yang gue ambil dari gawang ini. Dalam perenungan gue, pelajaran sebagai kiper bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam menjaga dan mewujudkan visi sih. Jadi gue akan merefleksikannya ke arah pencapaian visi. 

Pertama, gue belajar untuk mau berkorban demi tim. Lutut biru, jari keseleo, bahkan berdarah-darah udah pernah gue rasain sebagai kiper. Apakah pengorbanan itu sepadan dengan hasil yang didapat? Ya, walaupun kadang udah jatuh-jatuhin badan di lapangan dan tetep kebobolan, buat gue yang penting kita udah menjaga gawang dengan baik. Perkara nanti tetep kebobolan, yang terpenting dan terutama, lo udah rela berkorban. Sama seperti ketika belajar di kuliah atau pelayanan. Rela berkorban, mengesampingkan kenyamanan diri demi mewujudkan visi. Sekalipun mungkin itu berarti harus "berdarah-darah"? Dengan motivasi yang tepat, demi memuliakan Tuhan, ya. 

Pelajaran kedua, fokus. Kiper harus bisa menebak arah bola dan itu hanya bisa dilakukan kalo lo fokus. Gangguan paling besar untuk tidak fokus biasanya datang dari diri sendiri. Gue pernah merasa sangat gugup waktu ketemu lawan yang pemainnya larinya cepet banget kalo ngejar bola. Belum lagi ditambah dengan suporter lawan yang (seakan-akan) mengintimidasi. Tetap fokus dibawah tekanan memang susah, tapi disitu kiper dituntut berhasil melakukannya. Gue sadar, di tengah perjuangan mencapai visi, pastilah banyak tantangan. Tapi fokus terhadap visi itu adalah kuncinya. Gangguan yang ada di sekitar harusnya gak bisa menggoyahkan lo mencapai visi. 

Pelajaran ketiga, percaya sama tim lo. Kiper nggak bisa nyetak gol (mungkin dalam beberapa kasus bisa sih). Pemain lo yang akan nyetak gol, percayalah sama mereka. Ketika daerah lo diserang, kiper bisa jadi kelabakan menjaga gawang. Tapi percayalah bahwa ada teman-teman lo yang juga berjuang menjaga agar gak kebobolan. Percaya dan terus percaya bahwa tim lo akan melakukan usaha terbaik, sama seperti lo berjuang mati-matian menjaga gawang. Sebuah tim diperlukan dalam mencapai visi. Gue percaya bahwa visi itu bersifat menular, sehingga pasti lo akan memiliki satu tim untuk mewujudkan visi. Kunci tim yang sukses dalam mencapai visi adalah saling percaya. Percaya bahwa sabagai satu tim, kita akan mewujudkannya bersama-sama.

Pelajaran terakhir, segala pujian hanya bagi Tuhan. Artinya, kiper yang baik akan selalu rendah hati. Kunci kemenangan hanya ada di tim yang solid. Gawang yang gak kebobolan bukanlah hasil kiper sendiri melainkan hasil tim yang kompak bertahan. Gol yang berhasil dicetak tim bukanlah hasil kiper yang hebat, tetapi satu tim yang berjuang. Kiper memang jarang dapat pujian, tapi itulah yang membuat kiper harus memiliki hati yang sungguh-sungguh rendah dan melihat bahwa segala pujian hanya milik Tuhan. Kalaupun pada akhirnya visi itu tercapai, itu semua adalah anugerah Tuhan. Jadi jangan pernah bermegah.

Sebagai kiper dadakan, gue tau sih kemampuan gue jauh dari kata jago. Tapi gue bersyukur bisa punya pengalaman luar biasa di depan gawang dan memetik beberapa pelajaran di dalamnya. Semoga dengan pengalaman dan hobi gue bermain futsal, gue bisa semakin semangat mewujudkan visi yang Allah percayakan dalam gue.