Singleness

Gue baru saja menonton sebuah film berjudul How To Be Single. Gue gak terlalu suka film ini sebenernya. Lebih ke alasan selera pribadi, sih. Gue suka film sci-fi, action, atau kartun. Untuk film drama, gue hanya nonton kalo stok genre film favorit gue udah abis.

Film ini bercerita tentang keseharian empat wanita dengan cara mereka menghadapi masa-masa lajang mereka. Dari segi cerita, menurut gue gak ada yang spesial (lagi-lagi ini pendapat pribadi). Sampai pada akhirnya tiba di penghujung film, ada pesan yang gue tangkap secara berbeda.

Inti pesan yang gue tangkap, "Kita gak akan bisa dengan utuh menikmati relasi dengan pasangan, kalau kita belum dengan utuh menikmati masa penantian (single)". Gue teringat pernah suatu kali di Persekutuan Jumat bertema LSD, pembicaranya berkata "any season of singleness is a season of happiness.". Kurang lebih inilah yang gue tangkap dari film ini (instead of pesan lain di film ini yang sangat tidak kristiani).

Gue telah mengalami tiga tahun masa-masa kesendirian sebelum gue menjalani relasi berpacaran sekarang. Statement "menikmati masa penantian" sangat tepat karena inilah yang harus setiap orang jalani. Masa penantian gak boleh dijalani dengan ratapan kegalauan, iri dengan pasangan lain, atau bahkan menyalahkan kekurangan diri sendiri. Masa penantian harus diisi dengan penuh syukur sambil terus belajar menjadi pribadi yang serupa Kristus.

Gue bilang ini bukan karena gue menjalani masa kesendirian gue dengan tanpa cacat. Gue juga banyak kekurangannya kok. Tapi dari pengalaman pribadi, gue bisa bilang kalau lo gak akan bisa memahami relasi berpacaran kalau lo belum dengan sungguh memaknai masa penantian di dalam Tuhan.

Di dalam Tuhan. Nikmati dengan sungguh relasi dengan Tuhan, sehingga kelak ketika lo bertemu dengan seseorang itu, bukan dia yang menjadi sumber sukacita lo. Tuhan tetap menjadi sumber sukacita lo. Nikmati relasi di dalam Tuhan, sehingga bukan seseorang itu yang menjadi alasan lo datang ke Tuhan. Kita datang ke Tuhan karena Ia mengasihi kita dan kita pun mengasihiNya.

Lantas kalau sudah beres dengan hal-hal di masa penantian, apakah itu berarti kita siap untuk berpacaran? Bisa ya, bisa tidak. Ketakutan pasti ada, kegagalan dalam berelasi juga bisa terjadi. Tapi yang menjadi jaminan kita adalah kasih Kristus.


Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)