Posts

Showing posts from 2013

Perenungan 20 Tahun

Tulisan ini ditulis ketika gue (nyaris) berumur 20 tahun. Ya, sekitar 1 jam lagi gue akan berumur 20 tahun. Usia yang seharusnya sudah cukup dewasa dan matang. Usian dimana seharusnya sudah banyak yang gue capai dalam hidup. Usia dimana seseorang sudah punya visi yang tepat untuk dia pegang dan capai. Gue, di usia yang hampir 20 ini sesunggunya ingin menarik ulang, merefleksikan kembali apa yang telah dan belum gue capai. Gue akui sih memang sejauh ini, kalau dibilang soal prestasi, gue memang kalah dengan orang-orang di luar sana. Oke, gue memang berkuliah di universitas yang menyandang nama negara kita: Indonesia. Tapi prestasi gue menurut ukuran IPK yang dinilai manusia sangat jauh dari yang diharapkan. Sebagai orang yang nyaris gak punya bakat yang menonjol, gue gak memenangkan kejuaraan, kompetisi, atau lomba apapun. Iya memang gue sangat biasa. Apakah gue gak punya tujuan hidup? Gue sudah menyelesaikan buku The Purpose Driven Life. Gue tahu hidup gue adalah untuk tujuan Alla...

Dia yang Seharusnya Tidak Usah Dipikirkan

Terkadang sulit untukku tahu bahwa aku bukan siapa siapa Harusnya aku tidak berhak menanyakan kabarmu Harusnya aku diam dan tetap tahu diri Harusnya aku tidak terlarut dalam perasaanku sendiri Harusnya harusnya harusnya Kamu hanya terlalu bodoh, ter J

Ketika Kebodohan Bertemu Sang Harapan

terkadang aku terlambat menyadari bahwa ternyata embun yang menyambut bumi telah terlanjur diterpa panas laju matahari sudah terlalu siang aku menyambut datangnya lalu tak kurasakan sejukmu di gersang hati ini ya, sama bodohnya ketika aku terlambat menyadari bahwa busur pelangi itu terlalu tinggi dan kaki-kaki kerdilku ini tak mempu menyentuh bias warnamu atau mungkin sama bodohnya aku hari ini menanti kamu yang salah kuartikan ku kira ada hati yang kau sisakan padahal harusnya aku tak sebodoh ini terlambat menyadari

Menemukan Keasyikan Baru

Entah kenapa gue menemukan keasyikan baru akhir-akhir ini. well, sebenernya keasyikan baru ini bisa dibilang batu sandungan gue buat mengisi waktu luang gue sih. Instead of studying, i'd rather choose this activity, called observing. apa yang gue observasi? banyak. kebanyakan sih tentang bagaimana orang merespon suatu keadaan atau persoalan dalam hidupnya. semuanya berawal dari entah kenapa beberapa orang secara random curhat ke gue. mau gak mau gue harus memberikan nasihat lah atau kata-kata penyemangat. awalnya gue agak beban sih dicurhatin, tapi lama kelamaan kok asik juga ya. gue jadi bisa memahami pola pikir seseorang, menyelami hati mereka, dan mengerti karakter dan peran yang mereka jalankan. tahap akhirnya, gue mulai membuat kesimpulan bahwa setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi masalah mereka. dan gue mulai paham akan arti 'keberagaman' yang sesungguhnya. keberagaman juga berarti pola pikir yang berbeda, namun penyikapan yang dewasa me...

Kehilangan Passion

Kehilangan passion adalah salah satu hal yang gue takutkan dalam hidup gue. menurrut gue, mimpi menghidupkan kita, memproyeksikan visi kita, dan menenangkan di saat-saat tersulit kita. Sekarang yang gue hadapi justru berbeda. Gue merasa gue nyaris kehilangan passion gue. Di sebulan awal perkuliahan ini, gue merasa jadi orang yang serba nanggung. Kuliah gak pinter-pinter amat, organisasi gak jalan, olahraga gak jago, pecinta alam tapi keseringan cabut. Kadang gue jadi mempertanyakan, apakah hidup gue akan gini-gini aja? Gak ada satu hal yang bisa gue total ngerjainnya. Padahal, gue pribadi gak suka ngerjain sesuatu yang gak total. Gue nyaris kehilangan arah. Tapi di atas itu semua, yang paling gue takutkan justru tujuan hidup gue. Apa yang menjadi  tujuan hidup gue ini udah gue ketahui, tapi gue gak bisa menghidupi maknanya. Gue hidup untuk memuliakan nama Allah, tapi bagaimana bisa kalau hidup gue serba nanggung gini? Kecemasan gue juga berujung pada suatu pertanyaan: apakah ...

Seminggu yang Lalu

Seminggu yang lalu, andai aku bisa mengulang waktu bersamamu Detik-detik yang singkat kala kau menyapaku Kini tinggal kenangan selintas perasaan Sebelumnya tak menyangka kau bisa menemuiku Pikirku hanya dapat menatapmu dari kejauhan Namun pandangan kita bertemu, selaraskan rinduku ingin bertemu Masih terekam jelas kata demi kata yang kau ucapakan Bahwa kau tak bisa tinggal lebih lama Dan seketika juga mengubur mimpi menghabiskan waktu lebih lama Untuk menatapmu dibalik temaram letusan kembang api Walau kau pergi mengucap izin, Bolehkah aku mengulang lima menit seminggu yang lalu itu? (15 September 2013)

Sesaat

Entah racun apa yang kau sengatkan hingga sesaat aku terpaku melihatmu sore ini bukan perkara mudah menatap tegak ketika kau hampir mengucapkan salam walaupun aku tahu, itu hanya klise Sesak dadaku dipenuhi kilat bayangmu sesaat memang kau datang, namun membekas hingga kedalaman jiwa hari ini aku tahu, Tuhan menjawab doaku untuk melihatmu Memang sesaat, karena aku tahu aku tak berhak untuk meminta lebih. (19 September 2013)

Salah Mengerti

Kita bilang semua baik baik saja Tapi ternyata tidak Kita bilang esok mentari akan bersinar seperti biasa Ternyata mendung lebih suka menghampiri kita Kita terlalu naif berkata pada fajar "Kembalilah setelah malam larut" Padahal kita tahu, kita terlalu terlelap dalam mimpi Lalu fajar tertinggal Kita tak sadar Bahwa horison menggariskan hidup kita tidak di awan Tapi kita melayang di tengah kelana hampa Ternyata semua tidak baik-baik saja (3 Agustus 2013)

Bagaimana?

Ketika berada di sebuah persimpangan, gue tau selalu ada pilihan. Akankah kita berbelok ke kiri atau kanan, lurus, berbalik arah, atau bahkan diam. Di saat seperti ini rasanya gue memilih untuk diam saja. Bukan karena tidak ingin maju atau mundur, melainkan takut untuk mengetahui risiko terburuknya.  Ini sikap yang menyedihkan. Tetapi yang lebih menyedihkan adalah, gue melakukan hal itu.

Sepotong Cerita Wisuda (part 2)

Satu kata buat menyimpulkan apa yang gue rasakan ketika menulis ini: SENENG BANGET! Harus ditulis dengan huruf kapital, tanda seru, dan kata banget karena ini emang menyenangkan banget. Jadi ini adalah kisah lanjutan dari wisudaan senior-senior gue 2009. Ada semacam tradisi untuk melakukan semacam gathering buat melepas angkatan yang udah wisuda. Awalnya gue berpikir bahwa ini bakal menjadi acara yang biasa aja buat gue, karena pasti lebih banyak 2009 yang merasaberkesan. Tapi ternyata gue salah. Acara hari ini bener-bener berkesan (setidaknya) buat gue secara pribadi. Bukan hanya pas malam apresiasinya aja sih, melainkan sejak persiapannya aja udah seru banget gitu. Kebetulan gue di acara ini dipercayakan sebagai PJ konsum yang harus menyiapkan minuman dan makanan yang cukup banyak. Yang seru adalah ketika gue dan staff yang lain bikin es buah. Well, hampir ga nyangka aja es buahnya cukup berhasil haha. Mungkin gue ga bisa nyeritain detail acaranya gimana karena gue juga ribet mas...

Semester Tiga?

Setelah libur tiga bulan (yang gak produktif itu), akhirnya gue sampai pada saat dimana gue harus kembali pada kehidupan nyata. KULIAH. Sedikit berbeda sih, kalau dulu pas SMA, back to school isn't that difficult. Namun ketika udah kuliah, back to campus really makes me near-to-crazy. Iya, jujur otak gue udah hampir mati karena lama gak dipake buat mikir. Biasanya pas liburan, gue cuma mikir kasus kriminal di serial tv, mikir uang bulanan, sama planning buat kepanitiaan selama libur. Nah sekarang gue harus menghadapi hari dengan berpikir keras. Oke gue lebay. Tapi emang gue ini dari awal otaknya udah gak sinkron sama elektro. Walopun ini udah tahun kedua gue, gue masih belum sepenuhnya 'klik' sama pelajaran keelektroan. Mau jadi apa gue.... Iya, gue harus kembali menyemangati diri gue sendiri, kembali ke dunia nyata setelah nyaris tiga bulan 'koma' dalam liburan. kuliah, rapat, pelayanan, keluarga, semuanya harus kembali tersinkronkan dengan baik. Wish me luck...

Sepotong Cerita Wisuda

Hari disaat gue menulis cerita ini, Jumat, 30 Agustus 2013, adalah salah satu hari yang akan gue inget dalam hidup gue. Mungkin agak sedikit berlebihan sih, tapi di hari ini gue seneng banget ngeliat senior-senior gue, DTE UI 2009 wisuda. Rasa bahagianya kayak waktu ngeliat kakak gue wisuda setahun lalu. Ya, walaupun mungkin gue gak terlalu banyak kenal dengan 2009, gue merasa mereka udah menjadi bagian keluarga besar gue. Gak tau juga sih kalau mereka gak nganggep gue yang sebaliknya haha. Cerita seru hari ini sebenernya berawal juga dari keisengan gue buat jadi PJ K3 (konsumsi, kebersihan, dan kesehatan) PSB genap DTE. Disini peran gue sebagai PJ bidang yang gak terlalu krusial mungkin membawa gue pada pekerjaan-pekerjaan sampingan, misalnya promosi ke senior tentang acara ini. Jadilah tadi gue lebih sering heboh sendiri ngeramein acara. Walopun sebenernya balik lagi, gue gak terlalu banyak kenal senior gue. Kendala lainnya adalah gue ini suka pusing kalau keadaan sekitar gue ba...

Dirgahayu

Gue menulis ini tepat pada tanggal 16 Agustus 2013, enam-puluh-delapan-tahun setelah Peristiwa Rengasdengklok. Enam puluh delapan bukan angka yang unik atau spesial. Satu-satunya yang berkaitan dengan angka ini mungkin adalah nama SMA gue dulu, which is gak terlalu penting juga dibahas disini. HAHA Stop it, ter. Well, menurut gue dan orang-orang lain katakan, ulangtahun tidak hanya sebatas pertambahan usia saja. Gue pun gak berminat buat berpanjang lebar kata buat Bangsa ini. Gue yakin, di luar sana masih banyak orang yang berpikiran luas daripada gue. Mereka yang memiliki opini serta solusi untuk masalah yang dihadapi negara ini lebih berhak untuk berbicara tentang masa depan bangsa. Lantas, apa yang akan gue bicarakan disini? Gue hanya mengevaluasi diri gue sendiri sebagai pemudi Indonesia. Gue tau kalau memang gue belum berkontribusi banyak untuk Indonesia. Atau minimal gak usah kontribusi deh. Bahkan untuk sekedar tidak melanggar peraturan dan undang-undang aja gue belum bisa...

Kembali ke Kota Kelahiran

Libur lebaran yang kemarin, tepatnya dari tanggal 4-9 Agustus 2013 (lengkap banget yah) gue liburan ke kota kelahiran gue: Jambi. Udah sepuluh tahun gue gak kesini, semenjak gue pindah ke Semarang tahun 2003. Well, times just seem to fly... Gue udah lupa-lupa ingat dengan keadaan Jambi, tata kotanya, jalan-jalannya, bahkan rumah gue sendiri aja gue agak lupa arahannya. Ternyata gue baru menyadari bahwa sudah selama itu gue pergi meninggalkan Jambi, sampai-sampai banyak hal yang gue lupakan. Hal yang lucu adalah, semua hal yang gue tahu disana tampak mengecil. Dulu perasaan gue, halaman rumah gue gedeee banget. Gue inget banget kalo lari-lari keliling halaman rumah rasanya capek luar biasa. Eh, sekarang begitu gue kelilingin lagi, it's not that big. Ternyata ketika kita kecil, semua hal terasa begitu besar. Seiring kita bertumbuh, hal-hal di sekitar kita tidak ikut bertumbuh bersama kita. Akhirnya semua nampak kecil dan biasa-biasa saja... Wow Disana gue juga ketemu saudara-...

Perenungan 1 Tahun

Sebagai seorang mahasiswi Teknik Elektro di sebuah universitas negeri yang (katanya) bergengsi, gue sampai sekarang masih sering mempertanyakan mengapa gue harus kuliah disini. Gue udah menghabiskan 2 semester disini, tapi gue masih belum cocok dengan mata kuliahnya. Lucunya adalah, dulu gue berdoa mati-matian biar gue bisa kuliah disini. Dulu gue pengen banget jadi dokter, sampai sekarang sih. Gue pengen banget jadi medical examiner kaya di serial tv yang gue tonton. Semacam NCIS, CSI, atau Body of Proof. It would be sooooo cool. Gue juga suka banget pelajaran biologi. Tapi sayangnya gue gak cukup pintar di bidang lain sehingga nilai try out gue pas intensif SNMPTN gak penah mendekati passing grade fakultas kedokteran yang gue incar. Cita-cita cadangan gue kalo gak kesampean jadi dokter adalah masuk teknik sipil. Alasannya sederhana sih. karena gue suka banget ngeliat gedung-gedung tinggi. Dulu pas SMP, tiap gue liat skyscraper building lagi dibangun, gue selalu membayangkan bahwa g...

Worrying

Gue adalah tipe orang yang sangat mudah khawatir dengan hal-hal yang gak seharusnya gue khawatirkan. Gue khawatir kalau gue dibenci orang, gue khawatir kalau kerjaan gue di kepanitiaan gak beres, gue khawatir kalau gue nanti diputusin sama pacar, gue khawatir menjadi orang yang membosankan, gue khawatir dengan banyak hal. Tapi yang gue sadari adalah, kekhawatiran gue ini hanya berhenti sampai pada kekhawatiran aja. Gue gak berusaha untuk menanggulanginya dengan cara apapun. Ironisnya adalah, gue pernah membagikan sharing Firman Tuhan waktu persekutuan doa Panita Paskah PO FT, dan gue membagikan tentang hal kekuatiran. Well, itu emang menjadi pedang bermata dua buat gue. Di satu sisi itu menguatkan dan menegur orang yang mendengar. Di sisi yang lain justru menegur gue dengan keras. Bagaimana bisa gue menyuruh orang jangan kuatir dan gue malah tidak melaksanakannya? Sejujurnya, gue pun hanya sebatas mendoakan kekuatiran gue ini. Gak ada tindak lanjut dari kekuatiran gue ini dalam ben...

Menanyakan Kembali

Gue menulis ini ketika sedang rapat. Oke gue tau ini gak baik, tapi gue benar-benar jenuh dengan kegiatan gue, dan yang pengen gue lakukan cuma menulis-- mengetik sih sebenarnya. Gue sedang bosan dengan kehidupan gue. Kuliah, rapat, belajar, kuis, ngerjain tugas, all those college stuffs. Gue merasa 'kering' dalam melakukan ini semua. kenapa? gue pun nggak tau kenapa gue seperti ini. yang jelas gue bener-bener malas melakukannya. gue kemudian mencoba untuk introspeksi sendiri. dimulai dengan pertanyaan, apa dasar gue melakukan ini semua. dan saat gue pertanyakan ini, gue malah nggak menemukan jawaban. berarti emang dari awal gue nggak punya tujuan dalam melakukan semua tugas dan kewajiban gue. pantes aja sekarang gue ngelakuinnya dengan setengah-setengah. hemmm.....

Alone

dulu gue selalu gak pede kemana-mana sendirian. dulu gue pikir, pergi sendirian ke mall, perpustakaan, or another public place sendirian itu bakal menyeramkan. sampai pada suatu ketika, gue menyadari bahwa gak selamanya gue harus selalu ditemani. gue lupa persisnya kapan, tapi akhirnya gue pun bisa pergi sendiri ke tempat-tempat umum dan nggak merasa sendirian. sebenernya kebiasaan ini juga gak baik sih kalau dilakukan terus-menerus karena akan membuat seseorang menjadi anti-sosial terhadap lingkungannya. tentu yang gue maksud disini adalah, penting sekali-kali untuk pergi sendirri, menikmati me-time, melihat keadaan sekitar lo, mengamati, mengobservasi, dan menarik pelajaran dari sana. hal-hal kaya gini gak bakal lo temuin ketika lo pergi bersama temen-temen, pacar, atau keluarga lo. well, ketika gue menuliskan ini, gue baru aja makan sushi sendirian. sendirian. gue suka banget ketika akhirnya gue kesampean memanjakan diri gue sendiri, it's okay to be alone sometimes, but if y...

Dia

gue berpikir berkali-kali untuk bisa menulis tentang hal ini. hal yang sebenernya gue pilih untuk gue simpan dalam hati gue aja, karena terlalu jahat untuk gue bisa ceritakan ke orang lain. tapi setelah gue pikir-pikir, no one will see it, so gue ceritain aja kali ya. dia, orang yang gue ga bisa sebutkan namanya, atau inisialnya. dia bukan pacar gue, dia cuma teman biasa. penampilan luarnya gak satu selera dengan gue. beberapa kebiasaannya, salah satunya merokok, selalu bikin gue kesel. dia punya cara pandang yang berbeda untuk suatu persoalan dan kebanyakn gue sependapat dengan dia. dia tangguh dan kuat. dia teman bercerita yang menyenangkan. gue bisa berbagi banyak cerita dengan dia. dia, ya dia. dia adalah tempat persinggahan untuk beristirahat. dia bukan tujuan akhir, dan mungkin gak akan pernah jadi tujuan akhir gue. dia. i adore him. masalhnya adalah, gue terlalu mengnginkan dia, ketika gue udah punya ky....

Jahat?

apa definisi yang tepat untuk seseorang dikatakan jahat? gue sendiri nggak pernah tau sampai gue menemukan bahwa gue sepertinya jahat. menurut gue, jahat itu bukan ketika lo mencuri, menganiaya, melukai, or any other abusing actions, but I think, there's more fundamental definition untuk orang jahat. menurut gue, orang udah bisa dikatakan jahat ketika dia bertindak sesuatu kepada orang lain, yang sebenernya ketika tindakan itu dikenakan ke dirinya sendiri, dia gak terima. ngerti gak? susah nih gue jelasinnya. misalnya gue berbohong sama orang. tapi ketika gue dibohongi, gue gak terima. artinya tindakan berbohong gue itu jahat. dan gue sekarang tengah menjadi pribadi yang jahat, untuk sebuah alasan yang gue gak bisa jelaskan. ya, gue hanya terlalu egois. gue terlalu tidak bersyukur dengan keadaan gue. yeah, it's always about me.

Komat-kamit Komitmen

Ada satu hal yang sedang gue amati tentang gue akhir-akhir ini. Gue menyadari bahwa gue sangat sulit untuk berkomitmen terhadap sesuatu. Tolong di-highlight kata sesuatunya, bukan seseorang. Karena ketika gue bilang seseorang berarti gue secara gak langsung bilang kalo hubungan gue dengan Ky gak serius. Oke mulai out of topic kayanya. Balik lagi ke permasalahan awal, gue sulit –hampir mustahil– bisa pegang komitmen gue tentang sesuatu. Dimulai dari komitmen gue buat rajin di semester 2. Well, sampe udah minggu ketiga masuk kuliah di semester 2, gue masih aja tuh males-malesan belajar. Contoh lain lagi adalah berusaha buat komitmen sama kegiatan gue. Gue berencana aktif di unit kegiatan gue, tapi apa daya, sekarang gue jarang banget bahkan hampir ga pernah ikut kegiatannya. Gue udah mencoba mengevaluasi kenapa gue sulit buat berkomitmen. Satu-satunya alasan yang paling masuk akal adalah gue ini orangnya cepet bosen sama sesuatu. Sesuatu, bukan seseorang. Nah berati solusinya a...

Hari Saling Mengasihi

Karena masih bulan Februari dan belum lama ini tanggal keramat di hari keempatbelas, atau yang biasa dikenal dengan Valentine’s Day, gue akan membagikan sedikit pandangan gue mengenai hari valentine. Sebelumnya mungkin gue buka dengan pengetahuan gue mengenai sejarah awal Valentine’s Day kali, yah? Gue pernah dikasih tugas sama guru sejarah waktu gue SMP, mencari sejarah awal mengapa ada valentine’s day. Karena gue agak-agak lupa ceritanya dan gue lagi ga ada koneksi internet buat nyari infonya, gue cuma bisa ngasih tau sedikit yang gue tau ya. Ceritanya kalo ga salah sih, ada seorang Pastor di negara di Eropa, gue lupa negara mana, bernama Valentinus. Nah si Bapak Valentine ini hidup di jaman perang, dimana karena perang itu pria nggak boleh menikkah dengan gadis yang ia sayangi karena pemerintah takut kalau pernikahan membuat tentara negara itu jadi gak fokus perang. Nah si Pastor ini gak terima dong, karena yang namanya orang saling mengasihi kenapa dilarang. Jadilah si Pastor...

Share Lagu

kemarin waktu gue liburan bareng anak-anak Kapa, senior gue ada yang nyanyi lagu Bimbang-Melly Goeslaw. ini lagu udah jadul banget sebenernya karena ini lagu soundtracknya AADC. bayangin dong jadulnya kaya apa. tapi entah kenapa lagu ini menyentuh banget dan sesuai dengan isi hati. belum lagi ini lagu akustikan dan pas banget kalo dinyanyiin malem-malem di bawah bintang, di tepi pantai..... Pertama kali aku tergugah Dalam setiap kata yang kau ucap Bila malam tlah datang Terkadang ingin ku tulis semua perasaan Kata orang rindu itu indah Namun bagiku ini menyiksa Sejenak ku fikirkan untuk ku benci saja dirimu Namun sulit ku membenci Pejamkan mata bila kuingin bernafas lega Dalam anganku aku berada disatu Persimpangan jalan yang sulit kupilih Ku peluk semua indah hidupku Hikmah yang ku rasa sangat tulus Ada dan tiada cinta bagiku tak mengapa Namun ada yang hilang separuh Diriku

How I Met (hopefully) Your Father

Gue selalu percaya Tuhan merencanakan sesuatu dengan sempurna, terlepas dari bagaimana cara kita melihat rencanaNya. Itulah sebabnya nggak ada satu halpun yang terjadi di dunia ini hanya berdasarkan ‘kebetulan’, karena segala sesuatu telah dijadikanNya sebelum dunia dibentuk. Begitu juga dengan pertemuan gue dengan seseorang yang sekarang menjadi ‘part of my life’. Sebut aja dia bernama Ky. Cara gue bertemu dengan dia bisa dibilang terlalu ‘kebetulan’ untuk dianggap sebagai suatu kejadian yang umum. Setelah gue menghitung-hitung segala kemungkinan, kemungkinan gue bertemu dia sore itu adalah 1:1000 mahasiswa baru FT saat itu. Tetapi Tuhan menempatkan gue dan dia di tempat yang tepat di waktu yang tepat pula... Ceritanya sore itu gue harus memenuhi target gue untuk mencari tandatangan plus foto bareng 30 maba dari setiap departemen di fakultas gue. Sebenernya tugas itu termasuk salah satu tugas mabim yang dikasih dari BEM, so i thank God for BEM FT (yeaaay!). Kebetulan gue masih k...

KECELAKAAN

Entah malam ini gue sedang sial atau mengapa, sesungguhnya pun gue merasa ini memang sial. Jadi begini ceritanya, ini adalah blog ketiga gue ketika sebelumnya 2 blog yang lalu hilang (ya, hilang) dengan sebab yang gue sendiri tidak mengerti. Jadilah ini blog ketiga gue. Lalu dimana kesialannya? Sialnya adalah gue udah mengentri cukup banyak posting namun dengan bodohnya gue gak sengaja men-delete semua entrinya! Wow!!!! Lagi, WOW! Entah ini yang gue emang bodoh atau gimana, tapi gue percaya ada rencana yang indah dibalik ini semua, mungkin Tuhan ingin gue lebih rajin lagi gue menulis. Jadi, gue (berusaha) tidak akan menyesali ini. Argh!

Could It Be Worse?

Terkadang mencintai seseorang bisa menjadi salah, saat perasaan kita terlalu terpengaruh dengan perasaan pasangan kita. Kenapa hal itu salah? Menurut gue, nggak seharusnya mood kita menjadi sangat tergantung dengan mood orang lain, khususnya pasangan kita. Seseorang akan dinilai matang dan dewasa ketika ia bisa mengatur emosinya, sekalipun lingkungan, bahkan pasangannya (dalam hal ini pacar mungkin) tidak memungkinkan dirinya untuk tetap tersenyum. Entah berapa kali gue menjadi orang yang sangat tergantung dengan mood, ehm, pacar. Sebutlah dia bernama Ky. Sebelumnya dengan mantan gue, gue lebih berpikir rasional dan struktural. Mood gue gak pernah terlalu terpengaruh dengan mood mantan gue pada saat itu. Misalkan ketika dia bete, ya gue ga langsung bete juga. Gue lebih bisa berpikir dan bahkan ngasih semangat ke dia. Dengan Ky, gue ngga bisa kaya gitu. Ketika Ky lagi bete, gue ikutan bete dan sedih. Bahkan gue pengen nangis dan gue gatau harus cerita ke siapa, because no one know...

Mari Memulai Lagi

Gue selalu bermimpi untuk menjadi seorang penulis suatu saat nanti. Pasti rasanya menyenangkan ketika gue berjalan melalui rak-rak di toko buku, lalu menemukan sebuah buku dan dengan nama penulis “Ester Nugraheny”. I always believe that someday I would be that awesome J Nyatanya impian gue mungkin hanya tinggal impian karena gue hanya memimpikan itu tanpa menjadikannya sebuah kenyataan. Ya, gue jarang banget nulis, males banget malah. Selama SMA gue pikir gue akan rajin menulis, mulai dari psting blog, sampai nulis artikel buat buletin Rokris. Tapi sayangnya gue masih terlalu malas, terlalu manja, dan terlalu sering membuat excuses buat diri gue sendiri. Beralasan bahwa gue sibuk, ngga ada waktu, banyak tugas, ulangan, try out, dan lain-lain. Padahal semuanya itu gue aja yang mengada-ada. Kalau gue telaah lebih lanjut, sebenernya waktu luang gue itu banyak, terlalu banyak sampai gue merasa bahwa gue lebih baik tidur, nonton, atau malas-malasan di tempat tidur. Ya, semalas itulah...