Dirgahayu
Gue menulis ini tepat pada tanggal 16 Agustus 2013, enam-puluh-delapan-tahun setelah Peristiwa Rengasdengklok. Enam puluh delapan bukan angka yang unik atau spesial. Satu-satunya yang berkaitan dengan angka ini mungkin adalah nama SMA gue dulu, which is gak terlalu penting juga dibahas disini. HAHA
Stop it, ter.
Well, menurut gue dan orang-orang lain katakan, ulangtahun tidak hanya sebatas pertambahan usia saja. Gue pun gak berminat buat berpanjang lebar kata buat Bangsa ini. Gue yakin, di luar sana masih banyak orang yang berpikiran luas daripada gue. Mereka yang memiliki opini serta solusi untuk masalah yang dihadapi negara ini lebih berhak untuk berbicara tentang masa depan bangsa. Lantas, apa yang akan gue bicarakan disini?
Gue hanya mengevaluasi diri gue sendiri sebagai pemudi Indonesia. Gue tau kalau memang gue belum berkontribusi banyak untuk Indonesia. Atau minimal gak usah kontribusi deh. Bahkan untuk sekedar tidak melanggar peraturan dan undang-undang aja gue belum bisa. Gue pernah bandel buang sampah sembarangan, tidak berkontribusi dalam pilkada, atau ‘sekadar' lupa bahwa menyeberang harus di zebra cross.
Gak usah muluk-muluk gue bilang mau berkontribusi buat bangsa, kalau gue sendiri masih sering lupa berdoa buat bangsa dan negara tiap jam doa gue. Gak usah ribet ngurusin korupsi di Indonesia, kalau gue sendiri masih sering telat kuliah. Dari sinilah gue melihat bahwa, gue gak akan bisa berbuat sesuatu untuk Indonesia, kalau hidup gue masih gini-gini aja. Gue yang harus berubah dan siap untuk mengubah Indonesia.
Sudah, sudah. Katanya gak mau bicara panjang lebar tentang Indonesia. Ujung-ujungnya nagih juga. Intinya tidak ada yang bisa kita berikan sebagai kado ulangtahun Indonesia selain diri kita sendiri. Merdeka!
Stop it, ter.
Well, menurut gue dan orang-orang lain katakan, ulangtahun tidak hanya sebatas pertambahan usia saja. Gue pun gak berminat buat berpanjang lebar kata buat Bangsa ini. Gue yakin, di luar sana masih banyak orang yang berpikiran luas daripada gue. Mereka yang memiliki opini serta solusi untuk masalah yang dihadapi negara ini lebih berhak untuk berbicara tentang masa depan bangsa. Lantas, apa yang akan gue bicarakan disini?
Gue hanya mengevaluasi diri gue sendiri sebagai pemudi Indonesia. Gue tau kalau memang gue belum berkontribusi banyak untuk Indonesia. Atau minimal gak usah kontribusi deh. Bahkan untuk sekedar tidak melanggar peraturan dan undang-undang aja gue belum bisa. Gue pernah bandel buang sampah sembarangan, tidak berkontribusi dalam pilkada, atau ‘sekadar' lupa bahwa menyeberang harus di zebra cross.
Gak usah muluk-muluk gue bilang mau berkontribusi buat bangsa, kalau gue sendiri masih sering lupa berdoa buat bangsa dan negara tiap jam doa gue. Gak usah ribet ngurusin korupsi di Indonesia, kalau gue sendiri masih sering telat kuliah. Dari sinilah gue melihat bahwa, gue gak akan bisa berbuat sesuatu untuk Indonesia, kalau hidup gue masih gini-gini aja. Gue yang harus berubah dan siap untuk mengubah Indonesia.
Sudah, sudah. Katanya gak mau bicara panjang lebar tentang Indonesia. Ujung-ujungnya nagih juga. Intinya tidak ada yang bisa kita berikan sebagai kado ulangtahun Indonesia selain diri kita sendiri. Merdeka!
"Masa yang akan datang, kewajibanmulah. Menjadi tanggunganmu terhadap Nusa"
Comments
Post a Comment