How I Met (hopefully) Your Father


Gue selalu percaya Tuhan merencanakan sesuatu dengan sempurna, terlepas dari bagaimana cara kita melihat rencanaNya. Itulah sebabnya nggak ada satu halpun yang terjadi di dunia ini hanya berdasarkan ‘kebetulan’, karena segala sesuatu telah dijadikanNya sebelum dunia dibentuk. Begitu juga dengan pertemuan gue dengan seseorang yang sekarang menjadi ‘part of my life’. Sebut aja dia bernama Ky. Cara gue bertemu dengan dia bisa dibilang terlalu ‘kebetulan’ untuk dianggap sebagai suatu kejadian yang umum. Setelah gue menghitung-hitung segala kemungkinan, kemungkinan gue bertemu dia sore itu adalah 1:1000 mahasiswa baru FT saat itu. Tetapi Tuhan menempatkan gue dan dia di tempat yang tepat di waktu yang tepat pula...

Ceritanya sore itu gue harus memenuhi target gue untuk mencari tandatangan plus foto bareng 30 maba dari setiap departemen di fakultas gue. Sebenernya tugas itu termasuk salah satu tugas mabim yang dikasih dari BEM, so i thank God for BEM FT (yeaaay!). Kebetulan gue masih kekurangan tandatangan anak mesin. Jadilah gue tanya sama temen gue, siapa lagi anak mesin yang lagi ada di situ, biar gue bisa minta tandatangan dan foto bareng dia. Well, ternyata ada Ky disitu, jadilah gue ‘terpaksa’ minta sama dia. Kenapa ‘terpaksa’? gue adalah tipe orang yang kadang suka melakukan penilaian hanya dari penampilan orang, dan saat gue ngeliat Ky, gue pikir dia orangnya sombong dan jutek. Tapi karena ga ada anak mesin lain yang nganggur, makanya gue akhirnya memberanikan diri buat kenalan sama dia.

Penampilan gue sore itu sebenernya kucel banget. Bayangin gue udah keringetan dan lepek, walopun sebenernya gue gak peduli banget dengan penampilan. Yang gue ga habis pikir, kenapa dia masih inget gue di kala gue dalam kondisi jelek gitu. Singkat kata, gue pun kenalan, tukeran tanda tangan, dan foto bareng dia. Yang gue kesel, hasil fotonya failed abis karena ditengah-tengah ada temen gue yang ga sengaja kefoto. Gue bete dan pengen ngulang, tapi sepertinya dia terlalu sibuk dan ngga nengok pas gue mau ngulang fotonya. Gue pun terpaksa pasrah.

Gue udah lupa tentang Ky abis kejadian sore itu sampai pada suatu hari ada friend request di facebook dari dia. Gue sebenernya udah hampir meng-ignore dia, karena gue emang beneran lupa siapa orang yg nge add ini dan mutual friends nya pun cuma sedikit. Tetapi entah kenapa gue agak familiar sama nama itu dan gue pun ngecek buku tugas mabim gue dan disitu tertera nama dia. Gue juga sempet ngestalk foto-foto dia di facebook dan gue liat bahwa “ini orang kece juga, ga ada salahnya gue accept”. So I accepted his request. Gak lama kok dia nge wall gue dan say thankyou for accepting his request. Gue sebenernya agak agak ga suka kalo ada orang yg gak gue kenal trus nge wall gue kaya gitu, tapi berhubung ini orang lumayan ganteng akhirnya gue bales dengan kata-kata formalitas lah.

Dari beberapa wall-to-wall an kita, akhirnya dia minta nomor hp gue, dan entah mengapa gue ngasih aja tuh. Oke mungkin ini terlihat aneh dan gimanaa gitu, tapi gue merasa ‘klik’ sama ini orang. Gak lama dia pun sms gue dan yaaa, mulai smsan gitu lah. Anehnya lagi gue suka senyum-senyum sendiri dan deg-degan tiap nunggu sms dia padahal gue sebenernya udah lupa sama dia. Besoknya, gue janjian ketemu sama Ky karena dia janji mau bantuin gue untuk ngasih nama foto-foto anak mesin lainnya. Gue inget banget kita janjian jam setengah 4 tapi dia lama banget ngga dateng-dateng sampe jam 4, dan gue sebel setengah mati kaena janjian pertama kita aja dia udah ga nepatin janjinya -,-

Gue mencoba buat pasrah aja dan berpikir bahwa mungkin dia lupa, lagian siapa sih gue ini? Baru juga kenal sebentar, pasti juga dia ga bakal tertarik sama gue. Gue liat dia dari jauh dan sepertinya dia enggak melihat gue. Gue pun asik dengan laptop gue sendiri. Eh tiba-tiba dia dateng dari jauh dan duduk di depan gue.... for the first time i realized that... oh God, i want him so bad

Lebay. Oke gue tau. Tapi pernah gak sih lo sekali ngeliat orang dan ngerasa di hati lo bahwa ‘he is the one’?

Dia banyak bantuin gue hari itu dan gue juga bingung kenapa dia bantuin gue. Bahkan besokannya pas ada acara di kampus dan kita terpaksa pulang malem, dia mau nganterin gue balik ke kosan :3 Dari situ gue udah mulai sadar, mungkin dia bukan sekedar teman. Tapi apa mungkin gue mengambil kesimpulan secepat itu, sementara gue barusan aja kenal dia?

Masalah paling besar yang gue hadapi adalah ketika gue sadar bahwa sebenernya gue mulai mengasihi dia, lebih dari sekadar teman. Sms, obrolan, tertawaan, makan bareng, ngerjain tugas bareng, semua yang udah sama-sama kita lewatin nyatanya mungkin bukan suatu pertanda bahwa kita bakal ‘jadi’ dengan mulus. Dia sempet cuekin gue dan ga sms gue, dan itu bikin gue galau. Padahal gue ini anti galau loh waktu sama mantan gue. Yap, bersama Ky hidup gue jadi lebih melankolis.

Di kala dia nyuekin gue itu, gue makin sadar bahwa dia lebih dari teman buat gue dan gue butuh dia. Akhirnya gue coba buuat perbaiki komunikasi kita, dan mulai seperti biasa lagi kaya awal. Sampai di sebuah tanggal cantik, 12-12-12, gue berharap banget Ky nyatain perasaannya. Gue hampir menyerah saat itu, karena walaupun pada hari itu kita nonton bareng, makan, dan sampai dia nganterin gue nyampe kosan, dia belom bilang apa-apa ke gue. Dan di penghujung hari itu, finally dia bilang kata-kata pengakuan itu...

Oke ini lebay. Tapi, gue mau mati saking senengnya.

Dari sekian banyak pertimbangan setelah kita masing-masing mengungkapkan kejujuran ini, gue dan dia belum memutuskan untuk pacaran. Kita masih harus saling bergumul dalam doa satu sama lain karena kita pengen hubungan ini berjalan dalam koridor Allah. Gue seneng dia adalah tipe orang yang mau diajak untuk berpikir dan berdoa bersama, karena ini penting buat pertumbuhan iman kita berdua.

Kalo lo berpikir ini semua berlangsung dengan mudah, maka lo salah. Hari-hari setelah hari itu malah membuat segala sesuatunya terasa sulit. Kita udah libur semester dan saling ga ketemu untuk waktu yang lama. Komunikasi juga ga lancar dan dia kembali lagi dingin dalam menanggapi sms gue. Gue paling nggak suka digituin dan gue benci ketika dia harus kaya gitu tanpa alasan yang jelas. Padahal nggak ada masalah sama sekali sebelumnya. Maunya apa coba?

Semua tingkah laku dan perubahan dia membuat gue semakin percaya bahwa gak seharusnya dia jadi pacar gue. Gue berdoa dan gue menemukan bahwa lebih baik kita berteman aja dulu karena sikapnya ke gue. Gue udah 99% menyerah buat dia, kecuali kemungkinan 1%nya adalah dia berubah. Sampai akhirnya di tanggal 1 januari kita sama sekali gak komunikasi sama sekali... HP sepi, gue galau-galau mulu di twitter, dan temen-temen gue sampe bosen denger curhatan gue di bbm.

Gue udah (hampir) merelakan dia ke Tuhan dan pasrah kalau emang bukan dia orangnya. Walaupun dari sisi egoisnya gue, gue maunya dia tetep disamping gue sebagai orang yang paling deket sama gue selain keluarga. Gue bisa apa sih buat ngerubah dia? Toh lagian ada cewe yang lebih cantik di luar sana yang nungguin dia berpaling dari gue.

Menyerah. Sampai akhirnya tanggal 4 Januari datang. Sebelumnya kita janjian bakal ketemu tanggal 4 Januari. Tapi dia sepertinya lupa sama janji itu dan ga sms gue lagi. Gue beneran nyerah kali ini. Bahkan buat inget janji aja dia ga bisa? Fatal buat gue. Tapi Tuhan gak  ngasih kata menyerah buat gue. Kali ini Ky inget dan sms gue sore-sore, nanyain harusnya kita janjian tanggal berapa. Karena udah sore akhirnya acara ketemuan kita batal. Sebagai gantinya malemnya dia nelpon gue

Isi pembicaraan kita mungkin gak terlalu penting, tapi ponnya adalah, kita pacaran sejak malam itu. Case closed? Nope. Gue sampai detik inipun masih memperjuangkan banyak hal tentang Allah, gue, dia, dan kami bertiga. Gue pun gak pernah tau sampai kapan cerita ini akan berlanjut atau kemana kelanjutannya. Gue dan dia berkomitmen untuk serius. Tapi masih banyak aja yang harus kita hadapi sama-sama. Dan entah kenapa mungkin awal cerita ini gak bisa disangka-sangka. Kayak FTV? Mungkin. Berakhir indah kaya FTV? Gue berharap demikian. tapi satu hal yang gue pelajari dari ini semua, ketika lo memperjuangkan sesuatu pastikan lo emang layak mendapatkannya. Pelajaran kedua yang gak kalah pentingnya, Tuhan selalu punya rencana yang lebih besar dari yang kita pikirkan.
And that’s how i met him.

Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)