Tantangan Ketenaran

Resmi terhitung sejak 20 Mei 2017 kemarin, gue resmi jadi pengangguran kembali. Resignnya gue dari kantor gue bukanlah inti dari tulisan gue kali ini. Mungkin kapan-kapan gue akan tuliskan, kalau gue sudah benar-benar memahami alur kehidupan yang udah gue jalani. Gaya banget ya gue. Sok berat banget ngejalanin hidup. 

Nganggurnya gue ini, ditambah dengan akses internet yang cukup asoy, akhirnya membawa gue pada berhala kesia-siaan: nontonin Youtube sampe berjam-jam. 

Iya, berjam-jam. 

Awalnya sih, gue sambil cari-cari rekomendasi kerjaan freelance atau ide bisnis, eh ternyata daging memang lemah. Apa aja yang gue tonton? Banyak, dan didominasi oleh resep masakan dan review makanan. Mulai dari resep cara membuat simple dinner, cara membuat kaldu sayur, cara memasak makanan pendamping ASI untuk bayi (iya, gue nonton ini), vlog review jajanan pedes, sampe gue menemukan vlog berisi challenge yang cukup aneh: Mukbang.

Ini gue yang norak, atau emang masih baru ya? Gue beneran baru tau ada challenge Mukbang. Buat lo yang gak tau apa itu mukbang, mukbang ini bukanlah muka bangke. Berdasarkan sumber yang gue baca, Mukbang adalah bahasa Korea yang berasal dari kata muk-ja yaitu makan dan bang-song yaitu siaran. Jadi artinya secara harfiah, siaran makan. Dalam hal ini, mukbang challenge berisi tayangan orang yang makan dalam porsi besar yang dimakan sendirian. 

Sebagai contoh, ada yang mukbang Indomie 7 bungkus, mukbang shabu-shabu, sampe ada juga artis Youtube yang punya channel khusus mukbang. Viewers dan subscribernya juga tergolong sangat banyak. Gak heran, konten-konten sejenis banyak bersliweran di Youtube. 

Awalnya sih gue suka-suka aja ngelihat tantangan ini. Kemudian di tengah-tengah, gue jadi kepikiran sesuatu yang mengganggu. Mukbang challenge ini menurut gue sebuah bentuk apresiasi berlebihan terhadap makanan, sementara di luar sana masih banyak orang yang kekurangan makan. Bukankah makan dan minum secukupnya lebih baik daripada serba berlebihan? 

Sejauh yang gue lihat memang pada akhirnya makanan tersebut dihabiskan oleh sang Youtuber atau krunya. Tidak ada pembuangan yang sia-sia di setiap challenge. Lalu apa salahnya? Dalam pendapat gue, tidak seharusnya lo menjadikan makan yang berlebihan sebagai challenge dan dilihat sebagai sarana mencari ketenaran. 

Oke, gue tau pendapat gue ini akan menimbulkan banyak kontroversi. Mungkin ada yang setuju, atau lebih banyak tidak setuju. Gapapa, semua boleh berpendapat asalkan tetap damai. Walaupun gue lebih ke arah gak setuju sama challenge ini, gue tetap melihat ada beberapa hal positif yang bisa diambil:

  1. Challenge ini jauuuh lebih bermanfaat daripada challenge lain yang mengandung risiko nyawa seperti skip challenge atau blue whale challenge.
  2. Kalo lo lagi ga nafsu makan karena sakit atau putus cinta, abis nonton ini lo akan ngerasa lapar dan pengen makan segera.
  3. Artis-artis yang ngelakuin mukbang kebanyakan bertubuh langsing, loh. Usut punya usut, mereka konon melakukan diet dan olahraga teratur juga untuk menjaga kesehatan. Mungkin ini juga bisa dijadikan motivasi kita untuk tetap menjaga kesehatan.
Intinya, semua kembali lagi kepada pemirsa yang terhormat. Entah itu sesuai dengan prinsip hidup lo atau tidak, jangan sampai karena mukbang ini kita berseteru. Apa yang baik dan yang berguna, itulah yang kita kerjakan.

Salam sehat!









Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)