Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Kalau ditanya bagaimana kecintaan saya terhadap dunia makanan, saya bisa memastikan bahwa saya akan menjawab dengan lantang "cinta banget!". Saya sedari kecil sudah jatuh cinta terhadap dunia kuliner. Keluarga saya dari dulu berlangganan koran Suara Pembaruan. Rubrik yang tidak pernah saya lewatkan adalah Jalan Sutra --sebuah rubrik bertema kuliner-- yang ditulis oleh Alm. Bondan Winarno. 

Beranjak agak besar, saya suka sekali menonton acara Wisata Kuliner yang dipandu oleh (lagi-lagi) oleh Alm. Bondan Winarno, idola saya. Saya juga suka nonton acara masak-memasak, mulai dari Ibu Sisca Soewitomo, Rudi Choirudin, sampai Farah Quinn. Kini, saya masih senang mengikuti video masak dan kuliner di Youtube serta membaca ulasan makanan di internet. Walaupun kegemaran menonton dan membaca ini tidak diikuti dengan praktik memasak 😉.

Saya selalu ingin mencicipi makanan khas daerah. Sayangnya hal itu tidak diikuti dengan kesempatan berkunjung ke kota-kota di Indonesia. Makanya, setiap saya bisa berkunjung ke suatu kota atau daerah, saya berusaha mencicipi makanan khas di sana. Saya juga ingin seperti idola saya, Pak Bondan, yang bisa menceritakan pengalaman kulinernya dengan menarik. Walaupun sekarang sudah banyak reviewer makanan, buat saya Pak Bondan tetap tidak tergantikan.

Saya memang tidak bisa seperti beliau. Namun saya jadi terdorong untuk mendokumentasikan hobi saya ini dengan maksimal. Caranya adalah dengan mengawinkan dua hobi saya yang lain: menulis dan fotografi. Jadilah mulai tahun ini saya ingin rutin jalan-jalan, makan-makan, foto-foto, dan yang terberat: menulis. 

Sebenarnya ide ini sudah lama muncul. Tapi karena kemalasan yang mendasar, serta saya selalu lupa untuk memfoto makanan karena sudah kelaparan, alhasil tertunda terus realisasinya. Semoga ke depannya rutin dan tidak bernasib sama seperti tulisan-tulisan lain di blog ini.

Untuk review pertama, saya ingin membahas Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali. Konon, soto yang terkenal di daerah Boyolali ini dulu bernama Soto Seger Mbok Giyem. Pemiliknya kemudian mengganti nama usahanya, walaupun sudah lebih dulu terkenal dengan Mbok Giyem. Saya juga kurang tahu kebenarannya karena di sepanjang jalan Solo-Boyolali masih ada juga warung Soto Mbok Giyem.

Soto yang saya makan ini bertempat di Jl. Raya Boyolali-Semarang No.261, Sidoharjo, Banaran, Kec. Boyolali, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah 57313 (atau bisa dicari di Google Maps). Dari luar, terlihat antrian panjang pengunjung. Rata-rata orang menjadikan soto ini sebagai sarapan. Makanya, kalau ke sini lebih enak di pagi hari saat lauk masih banyak.

Kayak gini penampakan depannya gaes~
Soto yang dijual ada dua macam: soto daging sapi dan soto daging ayam. Hari itu saya memesan soto daging sapi. Soto Hj. Fatimah ini setipe dengan soto Semarang yang mangkoknya kecil dan kuahnya tidak dipisah. Kuahnya bening dan segar dengan potongan daging yang tidak terlalu banyak. Tipikal soto yang cocok untuk dimakan pagi hari karena tidak bikin eneg.

Penampakan soto mangkok cilik dengan sendok bebek yang khas~

Dagingnya dikit? Jangan sedih! Justru lauk pauk pelengkap soto ini lebih meriah. Ibarat kata, soto ini dengan segala kesederhanaannya siap menemani keriuhan lauk pelengkapnya. Ada tempe goreng, mendoan, telur puyuh, usus, paru, brutu, sampai udang goreng juga ada! Pokoknya seisi meja penuh dengan bermacam lauk. Favorit saya tentu paru dan kerupuk. 


Penampakan sedikit dari buanyak buanget lauk yang lain. Percayalah, masih banyak lauk yang tidak sempat saya foto~

Singkat kata, saya suka sekali dengan soto ini. Jika berkunjung ke Boyolali, atau road trip dari Semarang-Solo, sempatkan mampir ke warung soto ini. Soal harga, saya lupa persisnya berapa. Namun dijamin terjangkau untuk dompet ibukota.

Makan berempat plus lauk seabreg 80ribuan gaes~

Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)