Pertanyaan

Semasa saya sma, ada senior saya yang sering melontarkan kalimat, "Nggak semua hal harus lo tau,". Kalimat ini sering banget keluar ketika kami sedang berkumpul dan bertanya-tanya hal yang saya atau teman-teman saya ga perlu tahu jawabannya. Atau singkatnya, gak ada relevansinya sama sekali dengan kehidupan saya. Saya pribadi sering kesal kalau dia sudah melontarkan pernyataan itu. Memang apa salahnya kalau saya ingin tahu? Kalaupun saya tidak boleh (atau tidak perlu tahu), kan dia tinggal bilang, "gue ga bisa kasih tau lo,". Nyatanya dia lebih memilih kalimat "gak semua hal harus lo tau" yang menurut gue menyiratkan bahwa gue super kepo. Oh, tentu saja di jaman saya belum terucap istilah kepo.

Sekarang saya sedang memikirkan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan. Tentang pekerjaan, percintaan, bangsa dan negara, sampai bagaimana cara mencicil rumah dan mobil sebelum saya berumur 30 tahun. Pertanyaan yang saya sendiri bingung, mengapa di usia saya yang sudah 23 tahun ini baru saya tanyakan sekarang. Saya kemudian menyadari, menjadi dewasa juga berarti menemukan lebih banyak pertanyaan yang tidak terjawab.

Apakah semua hal harus kita pahami? Ah, tentu saja tidak. Pengkhotbah 3:11 menyatakan bahwa manusia tidak dapat menyelami pekerjaan Allah dari awal hingga akhir. Di sinilah paradoks itu dimulai. Ketidaktahuan manusia adalah sebuah kemalangan sekaligus keuntungan. Kita tidak tahu akan masa depan, maka kita mengalami kekhawatiran. Kita berjaga-jaga takut kemalingan, memasang alarm di mobil dan rumah kita, mengasuransikan diri kita, hingga investasi. Bukan suatu hal yang salah, saya pun pasti akan melakukan hal yang sama.

Di sisi lain adalah sebuah keuntungan. Kita memasang weker di malam hari dengan yakin bahwa kita tidak mati di tidur kita. Kita menjalani kehidupan dengan harapan bahwa kita dapat meraih kesuksesan. Kita menjalani hidup dan tidak tahu kapan akan terjadi bencana, kecelakaan, atau kematian mendadak. Kita memgambil semua risiko itu, karena kita tidak tahu apa yang terjadi esok.

Pertanyaan dalam benak saya sampai saat ini pun belum terjawab. Atau mungkin tidak akan terjawab. Dalam doa-doa saya, pergumulan "mengapa dan mengapa" masih saya rasakan. Tapi toh memang  digariskan bahwa manusia itu terbatas. Jadi kalau masih banyak pertanyaan belum terjawab dalam hidup, gumulkan saja terus di hadapan Allah. Apakah Ia akan memberikan penjelasannya? Bisa ya, bisa tidak. Kalaupun kita tetap belum paham, di kekekalan nanti kita akan memahaminya, kok. Lalu di bumi ini bagaimana? Dalam anugerah Tuhan, saya percaya bahwa Ia akan menambah-nambahkan pengertian dan iman bagi orang-orang yang sungguh bergumul.

Atau mungkin Allah akan berkata, "Tidak semua hal harus kamu ketahui, anakKu."

Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)