Kalah
Wow, ini ternyata postingan pertama gue di tahun 2017! Oke, ternyata gue memang gagal (lagi-lagi) dalam mendisiplinkan waktu menulis. Tanpa alasan dan tanpa tedeng aling-aling mengapa gue tidak menulis. Akan ada saatnya gue nanti menceritakan ke mana saja ide-ide itu menguap. Syukurlah ada Pilgub DKI putaran 2 yang bikin gue semangat lagi buat nulis.
Sesuai judulnya, gue harus menerima kekalahan. Bukan gue sih ya lebih tepatnya. Pasangan calon nomor 2, Pak Ahok dan Pak Djarot memang kalah. Ya, gue sebenarnya udah bisa menebak sih. Bukan pesimis ya, tapi memang masyarakat sangat terekspos dengan isu-isu SARA. Kalau sudah masalah ini, sensitif sekali memang. Tetapi justru inilah yang membuat gue sedih. Ketimbang mengunggulkan program, para pendukung ujung-ujungnya selalu membawa hal ini.
Sedih. Kita semua sedih.
Namun, jangan kita lupa bahwa ada Pribadi yang Mahatahu dan Mahakuasa yang menjadikan hari ini sebagai hari kekalahan. Sudah dua minggu ini gue belajar dari Kitab Habakuk. Apa yang Habakuk alami bukan hal mudah. Ia menyaksikan bangsanya kalah, jatuh ke tangan bangsa yang tidak mengenal Allah. Apakah Allah telah salah bertindak? Bukankah mudah bagi kita untuk menerima hal yang menyenangkan dari Allah, namun sulit bagi kita untuk menerima kesusahan? Kitab Habakuk mengajarkan bahwa segalanya berasal dari Allah dan Allah adalah Empunya segalanya dan menjadikan segalanya.
Kalau memang hari ini kita kalah, Allah yang menjadikan. Kalau memang kita menang, Allah juga yang menjadikan. Gue yakin Pak Ahok paham hal ini.
Memang sulit sih, menerima kenyataan bahwa apa yang kita ingini tidak terjadi. Sulit bagi hati kita untuk percaya bahwa Allah punya rencana yang indah. Kita lebih suka berspekulasi: nanti Jakarta akan jadi jelek lagi, banjir lagi, pasukan oranye gak ada lagi, gak ada toleransi dan kebhinekaan lagi, dan sebagainya.
Bagaimana kalau kita ganti strateginya.
Sesuai judulnya, gue harus menerima kekalahan. Bukan gue sih ya lebih tepatnya. Pasangan calon nomor 2, Pak Ahok dan Pak Djarot memang kalah. Ya, gue sebenarnya udah bisa menebak sih. Bukan pesimis ya, tapi memang masyarakat sangat terekspos dengan isu-isu SARA. Kalau sudah masalah ini, sensitif sekali memang. Tetapi justru inilah yang membuat gue sedih. Ketimbang mengunggulkan program, para pendukung ujung-ujungnya selalu membawa hal ini.
Sedih. Kita semua sedih.
Namun, jangan kita lupa bahwa ada Pribadi yang Mahatahu dan Mahakuasa yang menjadikan hari ini sebagai hari kekalahan. Sudah dua minggu ini gue belajar dari Kitab Habakuk. Apa yang Habakuk alami bukan hal mudah. Ia menyaksikan bangsanya kalah, jatuh ke tangan bangsa yang tidak mengenal Allah. Apakah Allah telah salah bertindak? Bukankah mudah bagi kita untuk menerima hal yang menyenangkan dari Allah, namun sulit bagi kita untuk menerima kesusahan? Kitab Habakuk mengajarkan bahwa segalanya berasal dari Allah dan Allah adalah Empunya segalanya dan menjadikan segalanya.
Kalau memang hari ini kita kalah, Allah yang menjadikan. Kalau memang kita menang, Allah juga yang menjadikan. Gue yakin Pak Ahok paham hal ini.
Memang sulit sih, menerima kenyataan bahwa apa yang kita ingini tidak terjadi. Sulit bagi hati kita untuk percaya bahwa Allah punya rencana yang indah. Kita lebih suka berspekulasi: nanti Jakarta akan jadi jelek lagi, banjir lagi, pasukan oranye gak ada lagi, gak ada toleransi dan kebhinekaan lagi, dan sebagainya.
Bagaimana kalau kita ganti strateginya.
- Ketimbang takut birokrasi akan jadi jelek, yuk STOP gunakan calo atau uang pelicin untuk memuluskan urusan birokrasi. LAPORKAN kalau ada kecurangan. Kita bisa menggunakan kekuatan media sosial. Lihat aja akun lambeturah yang eksis banget itu. Kanal-kanal yang lain seperti Qlue atau Lapor juga bisa digunakan.
- Ketimbang takut kebhinekaan akan luntur, yok SAPA tetangga, teman kantor, teman sekolah, atau orang-orang sekitarmu yang beda agama, suku, atau ras denganmu. Gue yakin tindakan kasih akan lebih bermakna menghapus sentimen SARA daripada sok-sokan bermanis kata tenun kebangsaan.
- Ketimbang takut banjir dan Ciliwung balik penuh sampah lagi, yok STOP buang sampah sembarangan dan mari MENGEDUKASI orang-orang untuk membuang sampah pada tempatnya.
Masih banyak lagi yang bisa kita lakukan. Gubernur bisa ganti lima tahun sekal. Namun kalau warganya gak bergerak dan berubah, sia-sialah semuanya balik lagi ke kebiasaan yang buruk. Kalau kalian nggak suka sama gubernur yang terpilih nanti, sah-sah aja kok. Tapi jangan sampai biarkan kekalahan ini sia-sia. Tetap lakukan yang terbaik untuk Jakarta dan Indonesia, doakan pemimpin yang terpilih agar Tuhan yang ubahkan hati dan pikirannya, serta ungkap dan laporkan apabila menemui hal yang kurang baik di masa mendatang.
Gue nggak akan membiarkan kekalahan hari ini jadi celah untuk kita menyerah. Kekalahan hari ini harus menjadi bukti bahwa Tuhan memegang kendali atas hidup manusia. Kekalahan hari ini harus menjadi cambuk bagi warga DKI memperjuangkan cita-citanya. Allah mungkin sedang mengajar kita untuk tidak menggantungkan harapan pada pribadi Pak Ahok. Ia mengajar kita bergantung padaNya.
Comments
Post a Comment