Reminisce
Reminisce /reməˈnis/ : Indulge in enjoyable recollection of past event
Sebenernya tulisan ini akan menyalahi pengertian dari reminisce sih. Sejujurnya gue tidak selalu "indulge in enjoyable" ketika mengenang masa lalu. Faktanya, gue lebih sering sedih ketika mengenang masa lalu. Sedih, karena semua kebahagiaan itu hanya kenangan. Sebesar usaha kita pun, tidak akan pernah bisa mengembalikan situasi tersebut. Bukan hanya waktu yang tidak bisa diputar, melainkan juga orang-orang dalam memori tersebut mungkin kini sudah berubah.
Tetapi gue tetap bersyukur buat setiap kesempatan yang Tuhan berikan di dalam masa lalu itu. Masa lalu yang membuat gue memahami bahwa Tuhan tetap menyertai sampai masa kini bahkan masa mendatang. Gue bersyukur pula ketika bertemu lagi dengan orang-orang masa lalu yang pernah membuat kenangan yang memorable, ada suka dan duka. Orang-orang yang membuat gue kembali menertawakan kebodohan masa lalu, menatap gue masa kini, kemudian membuat perbandingan: am I a better person now?
Hari ini gue mengenang dua peristiwa dalam kerangka yang berbeda. Pertama, gue akhirnya ketemu lagi sama temen-temen SMA (berasa tua) yang sama-sama koplaknya dari dulu hingga kini. Mulai dari ketawa, ngobrol serius, ngobrol masa depan, becandaan receh, sampe curhat cinta-cintaan. Ah, how I miss them. Keadaan kita mungkin ga akan pernah sama kayak dulu, tapi justru itu yang membuat gue bahagia. Kita menjadi orang-orang yang bertumbuh dan mengalami proses. Sehingga yang bisa kita lakukan hari ini hanya menertawakan masa lalu.
Kerangka kedua adalah, seseorang dari masa lalu yang tiba-tiba menghubungi untuk membahas masa lalu. Bukan, bukan mantan ngajak balikan. Kenangan masa lalu yang ini bukan membuat gue mengalami reminisce. Ini justru membuat gue harus membuka lagi kotak masa lalu yang gue taruh paling bawah supaya kenangan itu tidak diangkat lagi. Bukan berarti gue membenci orang ini dan ga mau membahasnya. Gue hanya merasa tidak siap dan tidak lebih baik buat gue untuk membuka kotak itu. Dan seseorang itu dengan enaknya mau datang dan membuka kotak tersebut? Ah, terlalu banyak kenangan sedih di kotak itu. Ibarat film Inside Out, kenangan itu pasti isinya sadness yang berbentuk kristak berwarna biru tua.
Ada satu kalimat yang pernah gue baca, yang sebenernya sangat sering dikutip: kita ga tau rasanya bahagia kalau nggak pernah merasakan kesedihan. Kalo bahasanya band Passenger: Only miss the sun when it starts to snow. Kedua momen hari ini membuat gue paham bahwa, setiap suka dan duka Tuhan ciptakan, namun di tengah kedukaan pun kita bersyukur karena Tuhan membuat kita mampu melewatinya. Di tengah kesenangan pun membuat kita bersyukur akan kebaikan Tuhan. Saat ini gue bersyukur bisa mengubur kotak itu, tetapi memang gue (sepertinya) tidak akan pernah siap membukanya. Cukuplah hanya gue mengenal kotak itu. Sebaliknya kotak-kotak momen kebahagiaan mungkin akan lebih sering dibuka, dikenang lagi bersama teman-teman.
Sebenernya tulisan ini akan menyalahi pengertian dari reminisce sih. Sejujurnya gue tidak selalu "indulge in enjoyable" ketika mengenang masa lalu. Faktanya, gue lebih sering sedih ketika mengenang masa lalu. Sedih, karena semua kebahagiaan itu hanya kenangan. Sebesar usaha kita pun, tidak akan pernah bisa mengembalikan situasi tersebut. Bukan hanya waktu yang tidak bisa diputar, melainkan juga orang-orang dalam memori tersebut mungkin kini sudah berubah.
Tetapi gue tetap bersyukur buat setiap kesempatan yang Tuhan berikan di dalam masa lalu itu. Masa lalu yang membuat gue memahami bahwa Tuhan tetap menyertai sampai masa kini bahkan masa mendatang. Gue bersyukur pula ketika bertemu lagi dengan orang-orang masa lalu yang pernah membuat kenangan yang memorable, ada suka dan duka. Orang-orang yang membuat gue kembali menertawakan kebodohan masa lalu, menatap gue masa kini, kemudian membuat perbandingan: am I a better person now?
Hari ini gue mengenang dua peristiwa dalam kerangka yang berbeda. Pertama, gue akhirnya ketemu lagi sama temen-temen SMA (berasa tua) yang sama-sama koplaknya dari dulu hingga kini. Mulai dari ketawa, ngobrol serius, ngobrol masa depan, becandaan receh, sampe curhat cinta-cintaan. Ah, how I miss them. Keadaan kita mungkin ga akan pernah sama kayak dulu, tapi justru itu yang membuat gue bahagia. Kita menjadi orang-orang yang bertumbuh dan mengalami proses. Sehingga yang bisa kita lakukan hari ini hanya menertawakan masa lalu.
Kerangka kedua adalah, seseorang dari masa lalu yang tiba-tiba menghubungi untuk membahas masa lalu. Bukan, bukan mantan ngajak balikan. Kenangan masa lalu yang ini bukan membuat gue mengalami reminisce. Ini justru membuat gue harus membuka lagi kotak masa lalu yang gue taruh paling bawah supaya kenangan itu tidak diangkat lagi. Bukan berarti gue membenci orang ini dan ga mau membahasnya. Gue hanya merasa tidak siap dan tidak lebih baik buat gue untuk membuka kotak itu. Dan seseorang itu dengan enaknya mau datang dan membuka kotak tersebut? Ah, terlalu banyak kenangan sedih di kotak itu. Ibarat film Inside Out, kenangan itu pasti isinya sadness yang berbentuk kristak berwarna biru tua.
Ada satu kalimat yang pernah gue baca, yang sebenernya sangat sering dikutip: kita ga tau rasanya bahagia kalau nggak pernah merasakan kesedihan. Kalo bahasanya band Passenger: Only miss the sun when it starts to snow. Kedua momen hari ini membuat gue paham bahwa, setiap suka dan duka Tuhan ciptakan, namun di tengah kedukaan pun kita bersyukur karena Tuhan membuat kita mampu melewatinya. Di tengah kesenangan pun membuat kita bersyukur akan kebaikan Tuhan. Saat ini gue bersyukur bisa mengubur kotak itu, tetapi memang gue (sepertinya) tidak akan pernah siap membukanya. Cukuplah hanya gue mengenal kotak itu. Sebaliknya kotak-kotak momen kebahagiaan mungkin akan lebih sering dibuka, dikenang lagi bersama teman-teman.
Comments
Post a Comment