Tentang Sebuah Visi

Ada satu hal yang terus menggelitik hati gue akhir-akhir ini: VISI. Gue selalu percaya bahwa visi itu diberikan (given), bukan dibuat (created) oleh manusia. Gue berbicara di ranah agama sekarang. Kita sebagai manusia yang notabene adalah makhluk ciptaan Allah, tentu saja gak tahu apa tujuan kita hidup di bumi ini apabila kita tidak bertanya kepada Pencipta kita. Begitupun gue saat ini yang tengah kebingungan dengan tujuan hidup gue. Secara general, gue tahu hidup gue haruslah untuk memuliakan dan menyenangkan Allah, serta menjadi rekan sekerja Allah. Tetapi secara spesifik, gue bener-bener gak tau apa yang harus gue lakukan nantinya untuk mewujudkan tujuan general tersebut.,

Hari ini gue berbincang-bincang dengan dua orang teman sepelayanan. Gue mendapati bahwa mereka sangat berambisi untuk mewujudkan banyak hal dalam kehidupan mereka. Ada yang ambil beasiswa dari perusahaan bergengsi, magang di perusahaan kece, jadi asisten dosen, they all reached their goal. Gue kagum sama mereka. Kemudian terbersit pertanyaan dalam otak gue: APA YANG SUDAH KAU KERJAKAN, TER?

Gue bukan asdos. Belom jadi aslab. IP standar--kalau gak mau dibilang jelek. Gak pernah dapat beasiswa. Gak tau mau magang dimana. Gak paham sama kuliah di elektro. Gak tau mau kerja dimana abis lulus. Mati aja kali ya?

Gue bener-bener se-nggak-tau-itu-mau-ngapain. Bisa dibilang, gue gatau tujuan spesifik gue itu mau ngapain. Terlebih dari itu semua, gue bukan prang ambisius, tetapi gue selalu pengen meraih seperti apa yang orang lain raih. Gimana coba? Gue bahkan gak bisa paham sama diri gue sendiri. Se-gak-tau itu, sampai rasanya gue mau gila karena diri gue ini rasanya ada 2 pribadi yang bertengkar. Satu pribadi ingin meraih ini itu, satu pribadi yang lain takut dengan ambisi tersebut.

Pertanyaannya jadi melebar sekarang. Gue bingung, apa yang sebenernya jadi motivasi gue ingin melakukan ini itu? Apakah gue hanya ingin pengakuan bahwa gue gak kalah dengan orang-orang lain di luar sana? Atau justru gue jadi plegmatis karena gue malas?

Ah, Allah pun tak ingin anak-anakNya menjadi pemalas. Tapi apa guenanya jadi rajin kalau gue cuma ingin pengakuan aja? Gue bener-bener bingung. Asli.


Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)