Drive By

Entah kenapa sekali-kali gue pengen cerita cecintaan, berhubung akhir-akhir ini gue memasuki periode jarang galau (dan emang ga ada yang pengen digalauin juga). Makin kesini, dengan kesibukan perkuliahan dan pelayanan, sepertinya waktu untuk menggalau juga berkurang. Sepertinya gue akan menjadi seorang jomblo yang produktif. Tetapi penulisan hari ini juga dapat mengindikasikan produk  gue kurang berkualitas..., Isinya cecintaan juga,

Semuanya diawali dengan gue kenal seorang pria. Cukup lama memang kenalnya, Tapi baru benar-benar tau pas semester ini. Gue emang tipe orang yang bisa sok kenal dengan kebanyakan orang, tetapi untuk dekat? Gue bahkan ga punya banyak teman dekat, peer group pun enggak.  Entah kenapa gue bisa dekat dengan orang ini, seengggaknya agak dekat. Karena gue pun tidak mendefinisikan kedekatan ini sebagai sebuah kedekatan lebih, apalagi menyangkut perasaan cinta.

Sejujurnya, gue akhir-akhir ini menghindari pembicaraan dan pembawaan ke arah sana. Walaupun emang ga ada cowo yang terang-terangan ngedeketin gue, jujur gue takut kalau ada yang ngedeketin gue dalam rangka cinta. Setakut itu. Aneh? Sok laku? Sok cantik? Kepedean? Enggak sih... gue orangnya justru gampang, gampang banget 'suka' sama cowo. Takutnya ketika ada cowo yang ngedeketin gue, entah itu gak dalam porsi pedekate, maupun porsi perasaan, gue takut kebawa perasaan. Sampai akhirnya gue galau-galau sendiri, waktu gue tersisa kan jadinya. Padahal gue harus memiliki motivasi yang benar di dalam mencari phdT. Galau, menurut gue, salah satu indikasi pemberhalaan kita terhadap lovely things.

Korelasinya apa dong antara ketakutan gue dan pria itu? Kedekatan gue adalah karena kami sama-sama suka jalan. Udah itu aja sih. Jadilah kami menghabiskan beberapa kali jalan dan ngobrol. Ketakutan gue adalah karena tiba-tiba itu orang bawain gue cake kesukaan gue. Masalahnya adalah toko kuenya cuma ada 1, di daerah Senopati, dan cukup mahal (kalau cuma buat beliin temen lo doang). Intinya, ini orang 'usaha' banget loh. Sampe akhirnya itu kue gue bagi-bagiin ke temen-temen gue karena gue gak sanggup ngabisin sendiri.

Temen-temen gue pada komen, "kalo cuma temen doang mah, ga mungkin ngebeliin ginian,". Well, gue emang gamau bepikiran apapun, apalagi ini pria juga bukan seseorang yang gue ada perasaan lebih terhadapnya, Gue justru takut kalau dia ada perasaan sesuatu sama gue. Nanti kalau ada apa-apa, takutnya citra gue yang jadi buruk. Kesannya gue memanfaatkan dia, kan bahaya tuh.

Pembicaraan dan pertemanan gue terhadap dia berlanjut sih, sampai minggu lalu. Tapi gue akuin, minggu lalu ketika ngomong sama dia, tensinya gue naikin. Pikir gue, kalaulah dia benar suka gue, mungkin dia akan ilfeeel dengan sikap koleris gue. Gue juga mulai membalas watsap singkat-singkat. Gue beneran se-takut itu kalau dia ada perasaan lebih ke gue. Maksud gue, dia memang orang yang sangat baik, tapi gue sedang dalam fase dimana gue mampu serius membina hubungan.

Setidaknya, hari ini gue benar-benar yakin bahwa memang gue dan dia tidak ada apa-apa. It;s just a drive by, dan emang ga perlu diambil serius. Gue mengambil kesimpulan seperti ini memang karena dia gak ngehubungin gue lagi sih. Yaudahlah. Setidaknya dari kisah ini gue mendapatkan seorang sahabat baru lagi di dalam Tuhan. Udah gitu aja kisahnya... Gantung sih emang. Tetapi kisah ini mendewasakan gue sih. Kalau memang belom siap membina hubungan, tunjukkanlah kelemahan kita. Orang yang siap membina hubungan dengan kita adalah orang yang siap menerima kelemahan kita dan mau sama-sama mengatasi kelemahan itu.

Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)