Berhenti Sejenak, Melihat Anugerah

Ada beberapa ide tulisan yang sudah lama menanti untuk dituangkan, namun tak kunjung gue tuliskan. Nampaknya, gue harus meneruskannya. Terbukti beberapa hari yang lalu, ada rekan yang tiba-tiba random mengirimkan chat yang isinya bahwa ia sudah membaca tulisan gue. Tidak ada yang lebih baik dirasakan seorang penulis daripada mengetahui tulisannya dibaca orang. Setidaknya, walaupun gue bukan penulis profesional.

Ide akhirnya muncul dari beberapa perenungan akhir-akhir ini. Ditambah dengan suasana karena habis menonton film Christopher Robin. Film yang udah lama gue tunggu karena aslinya gue suka banget sama tokoh-tokoh fluffy macem Pooh. Setelah nonton, gue malah berpikir film ini sebenarnya lebih cocok ditonton untuk orang dewasa, terutama bagi mereka yang lelah dengan kehidupan orang dewasa: bekerja, mengejar karir, sambil berusaha  mengimbangi kehidupan keluarga yang terus menyita perhatian.

Apa hubungannya dengan yang gue pikirkan akhir-akhir ini?

Gue sedang banyak bertanya mengenai hidup, apa yang gue kejar? Menjalani kehidupan orang dewasa adalah sesuatu yang dulunya gak gue pahami, bahkan sampai sekarang. Lucunya, beberapa hal yang dulu lo pertentangkan di masa muda malah menjadi sangat relevan di umur yang sekarang. Kayak misalnya: minum teh tawar anget ketika lagi makan di luar, ehehe~

Nah, Christopher Robin ini adalah gambaran manusia-manusia yang telah terbiasa sibuk dan hidup dengan berbagai tuntutan. Aren't we all? :( 

Alhasil, waktu-waktu yang seyogianya dapat digunakan untuk beristirahat dan bermeditasi malah digunakan secara sembrono demi mengejar pencapaian. Ya, walaupun tidak terlalu sibuk, gue justru jarang bermeditasi, menikmati waktu merenung bersama Allah. Lebih buruk lagi, gue jadi lupa bagaimana nikmatnya menikmati waktu teduh.

Cara Allah mengingatkan gue memang unik. Apalagi waktu adegan Pooh bilang gini: "Doing nothing often leads you to the very best of something."

well, sounds familiar to me.

Di tengah-tengah kesibukan, mari belajar untuk berhenti sejenak dan tidak melakukan apa-apa. Bukan sebagai pembenaran kemalasan, tetapi memaksa kita untuk membiarkan Allah mengatur ulang agenda dan ambisi kita.

Comments

Popular posts from this blog

Nehemia 4: Belajar Menghadapi Tantangan

Mengawali Cerita Kuliner: Soto Seger Hj. Fatimah Boyolali

Sharing Ringkasan Buku: Gods at War (Bab 3)