Perenungan Jumat Agung
Walaupun sudah terlambat tiga hari, gue harap belum terlambat untuk menuliskan ini. Ide menulis perenungan ini didapat ketika ibadah Jumat Agung di gereja gue. Ada satu hal yang Tuhan bukakan untuk gue pahami di Jumat Agung kali ini, dan gue bersyukur atas hal itu. Jumat Agung bagi secara pribadi adalah peristiwa mistis. Sebab, bagaimana mungkin Allah yang Mahabesar itu mau menanggung dosa manusia? Kalau bukan karena kasih karunia, itu adalah hal yang sangat nggak bisa diterima dan terjangkau dengan akal manusia. Tetapi di satu sisi yang lain, kematian Kristus adalah peristiwa emosional paling melelahkan. Di dalamnya bersatu kesedihan sekaligus murka pribadi Allah. Ia yang adalah Tritunggal, harus terpaksa terpisah. Sekali lagi walaupun sulit diterima oleh akal manusia, ini tetap menyedihkan. Sang Anak terpisah dengan Sang Bapa, demi agar kita layak di hadapan Sang Bapa. Perumpamaannya adalah seperti kita harus terpisah dengan orang yang paling kita kasihi dalam hidup kita (walaupun ...