Membandingkan Kesedihan
Siang ini, setelah menerima kabar dari seorang teman kalau ayahnya baru saja meninggal, gue memutuskan untuk ikut melayat bersama teman-teman. Jadilah sore itu gue sepulang kantor membelah kemacetan Tomang yang amit-amit. Momen kedukaan seringkali membuka momen kedukaan lain yang pernah dialami. Kali ini teman gue yang pergi melayat bareng bercerita tentang bagaimana ia menghadapi kesedihan saat ayahnya meninggal beberapa tahun lalu. Menurutnya, saat paling sedih adalah ketika ayahnya sudah dikubur dan orang-orang telah selesai melayat, kemudian kembali pada suasana rumah yang sepi ditinggal sang ayah. Teman gue ini baru merasa kesedihan yang sangat. Lalu gue terdiam. Lama banget sampe Tomang ga macet lagi. Gak deng. Tomangnya masih macet. Ayah gue meninggal ketika gue berumur 5 tahun, dan nyaris gue ga pernah ingat apapun mengenai beliau. Saat beliau meninggal, gue masih belum paham apa artinya kematian. Gue baru paham mengenai kesedihan ditinggal ayah ketika gue beran...