Kemarin, gue dan beberapa teman kantor iseng berwacana ingin menonton film Dilan. Sore hari karena hujan, gue pikir wacana ini hanya akan berakhir wacana. Nyatanya, hujan reda dan akhirnya kami berangkat nonton Dilan. Gue sebelumnya belum pernah baca novel Dilan. Saking kurang update -nya, gue juga gak berusaha mencari tahu tentang kisah cinta anak SMA ini. Begitu film ini akan difilmkan dan pemeran Dilan alias Iqbaal diprotes para pembacanya, gue tetap belum peduli. Lagipula, gue emang gak suka novel ber- genre cecintaan. Cerita anak SMA pula! Cuma sekadar selera pribadi, sih. Bahwa gue ini sering merasa cinta di dunia nyata tak semudah di dunia fiksi. Artinya gue "mengkhianati" idealisme gue sendiri, dong, ketika menonton Dilan? Jawabannya, ya dan tidak. Sesudah film ini, gue masih tetap dengan idealisme gue menganggap bahwa segala sesuatunya terlalu manis untuk terjadi. Namun sekaligus gue sadar, kita mungkin dulu juga senaif Milea dan Dilan. Di umur gue yan...